Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Cuek Lihat Fenomena "Asal Bukan Ahok"

Kompas.com - 09/03/2017, 08:26 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat memasuki putaran kedua Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017, dua lembaga survei menyebutkan elektabitas pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, jeblok. Survei-survei itu menyatakan bahwa ada fenomena pemilih yang memilih gubernur "Asal Bukan Ahok" dan anomali warga yang puas terhadap kinerja Ahok tetapi tak memilihnya saat pencoblosan.

Saat ditemui wartawan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (8/3/2017) malam, Ahok terlihat cuek menanggapi hal tersebut.

"Kan Ahok itu anomali," kata Ahok sambil berusaha keluar dari kerumunan awak media.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anomali merupakan ketidaknormalan; penyimpangan dari normal; kelainan.

Ahok mengatakan dirinya sudah kebal terhadap berbagai bentuk penolakan warga. Sejak menjadi Bupati Belitung Timur, Ahok sudah menerima bentuk penolakan-penolakan tersebut. Bahkan, Front Pembela Islam, organisasi yang paling keras menolak Ahok menjadi gubernur, pernah menunjuk Fakhrurrozi Ishaq sebagai gubernur tandingan.

"Sejak Pak Jokowi terpilih jadi Presiden, waktu saya dilantik jadi gubernur sudah ada gerakan 'Asal Bukan Ahok'. Malahan sudah ada gubernur tandingan," kata Ahok tertawa.

Survei

Lembaga Media Survei Nasional (Median) sebelumnya menemukan sebuah anomali warga yang puas terhadap kinerja Ahok-Djarot saat memimpin Jakarta. Hanya saja, responden tak memilih Ahok-Djarot pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017.

Berdasarkan survei itiu, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Ahok-Djarot sebesar 56,3 persen responden yang menyatakan puas, sedangkan 30 persen responden lainnya mengaku tidak puas.

Meski dianggap mampu dan kinerjanya memuaskan, ketika ditanya apa yang tidak disukai dari Ahok-Djarot, 28 persen responden menyebutkan soal tidak bisa menjaga kata-kata, disusul dengan kasus dugaan penodaan agama sebanyak 10,7 persen, arogan sebesar 9,3 persen, dan lainnya. Total tone negatif soal Ahok-Djarot sebesar 65,7 persen.

Survei dilakukan pada 21 sampai 27 Februari 2017, dengan margin of error sebesar plus minus 3,4 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Senada dengan Median, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA juga menemukan anomali tersebut. Berdasarkan survei LSI Denny JA, 73,5 persen responden menyatakan sangat puas atau cukup puas dengan kinerja Ahok.  Namun, elektabilitas mereka kalah dibanding pesaingnya, Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Elektabilitas Anies Baswedan-Sandiaga Uno dinyatakan mencapai 49,7 persen, sedangkan elektabilitas Ahok-Djarot 40,5 persen.

Cerminan Demokrasi

Anggota tim pemenangan Ahok-Djarot, Charles Honoris, mengatakan anomali seperti itu jarang terjadi di kota lain yang juga menggelar pilkada.

"Ini anomali ya saya pikir bahwa di dunia ini belum ada survei dimana lebih dari 50 persen warganya puas terhadap kinerja. Tapi hanya setengahnya yang memilih," kata Charles, kepada wartawan, di Jalan Cemara Nomor 19, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (7/3/2017).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Megapolitan
Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Megapolitan
Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Megapolitan
Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan 'Food Estate' di Kepulauan Seribu

Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan "Food Estate" di Kepulauan Seribu

Megapolitan
Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Megapolitan
Pengeroyokan Warga oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus Mencekam, Warga Ketakutan

Pengeroyokan Warga oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus Mencekam, Warga Ketakutan

Megapolitan
'Update' Kecelakaan Beruntun di Gerbang Tol Halim Utama, Total 9 Mobil Terlibat

"Update" Kecelakaan Beruntun di Gerbang Tol Halim Utama, Total 9 Mobil Terlibat

Megapolitan
Oknum TNI Diduga Keroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus, Warga: Itu Darahnya Masih Ada

Oknum TNI Diduga Keroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus, Warga: Itu Darahnya Masih Ada

Megapolitan
Polda, Polri, dan Kejati Tak Bacakan Jawaban Gugatan MAKI Terkait Desakan Tahan Firli Bahuri

Polda, Polri, dan Kejati Tak Bacakan Jawaban Gugatan MAKI Terkait Desakan Tahan Firli Bahuri

Megapolitan
Oknum TNI Aniaya 4 Warga Sipil di Depan Mapolres Jakpus

Oknum TNI Aniaya 4 Warga Sipil di Depan Mapolres Jakpus

Megapolitan
Ketua DPRD Kota Bogor Dorong Pemberian 'THR Lebaran' untuk Warga Terdampak Bencana

Ketua DPRD Kota Bogor Dorong Pemberian "THR Lebaran" untuk Warga Terdampak Bencana

Megapolitan
Dua Karyawan SPBU Karawang Diperiksa dalam Kasus Bensin Dicampur Air di Bekasi

Dua Karyawan SPBU Karawang Diperiksa dalam Kasus Bensin Dicampur Air di Bekasi

Megapolitan
Soal Urgensi Beli Moge Listrik untuk Pejabat, Dishub DKI: Targetnya Menekan Polusi

Soal Urgensi Beli Moge Listrik untuk Pejabat, Dishub DKI: Targetnya Menekan Polusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com