JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi menyelidiki dugaan motif sakit hati di balik penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan.
Atas dasar itu, polisi berencana mencari tahu latar belakang kasus-kasus yang pernah ditangani Novel.
"Kasus-kasus yang sudah ditangani apa saja, misalnya yang sudah ada di situ kira-kira, ada yang sakit hati enggak di situ. Punya potensi semua di situ. Itu perlu kita lakukan penyelidikan di situ," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Rabu (17/5/2017).
(Baca juga: 35 Hari Mencari Penyiram Air Keras Novel Baswedan)
Argo pun mencontohkan, salah satu kasus besar yang sedang ditangani Novel adalah kasus dugaan korupsi e-KTP.
Dalam kasus tersebut, Novel pernah bersinggungan dengan anggota DPR dari Fraksi Partai Hanura, Miryam S Haryani.
"Kita pun juga misalnya disuruh bantu untuk mencari, itu pun kita juga melakukan interview ya, seperti Bu Miryam di situ, kita interview. Kira-kira ada potensi enggak Bu Miryam itu," kata dia.
Tak hanya Miryam, lanjut Argo, orang-orang lainnya yang mungkin pernah bersinggungan dengan Novel akan dimintai keterangan. Namun, hal tersebut perlu dikoordinasikan terlebih dahulu dengan KPK.
"Jadi, kemungkinan-kemungkinan yang punya potensi kan ada semua, dia tangani kasus apa, sedang nanganin kasus apa, itu kan nanti kami koordinasikan dulu," kata Argo.
Menurut Argo, pemeriksaan terhadap Miryam atau orang lainnya yang pernah bersinggungan dengan Novel ini tergantung hasil penyelidikan polisi.
Jika memang dibutuhkan, bisa saja orang-orang tersebut akan dimintai keterangan. "Nanti kita lihat dari hasil penyelidikan itu ya," ujarnya.
(Baca juga: Seberapa Penting Tim Independen Kasus Novel Menurut KPK?)
Adapun Novel Baswedan diserang dengan air keras jenis asam sulfat usai menunaikan shalat subuh di Masjid Jami Al-Ihsan di dekat rumahnya di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Selasa (11/4/2017).
Pelakunya dua orang berboncengan naik sepeda motor mengenakan jaket hitam dan helm.