Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Memindahkan Ibu Kota dan Keberanian Mengembangkan Kota Lain

Kompas.com - 05/07/2017, 07:52 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Wacana memindahkan Ibu Kota Republik Indonesia oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) dirasa kurang tepat jika dilakukan dalam rangka pemerataan dan memajukan kota-kota lain di luar Pulau Jawa.

Menurut pakar tata kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga, ada cara lain yang bisa dilakukan dengan biaya tidak terlalu besar, namun hasil lebih maksimal.

"Seandainya pemerintah benar punya anggaran yang besar, lebih baik digunakan untuk menyelesaikan masalah perkotaan di Indonesia. Mengembangkan kawasan-kawasan tertentu untuk mendukung Jakarta," kata Joga, kepada Kompas.com, Selasa (4/7/2017) malam.

Menurut Joga, pemerintah pusat dapat menerapkan distribusi kegiatan-kegiatan pemerintahan sesuai dengan potensi di tiap kota besar di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, sudah ada beberapa kota yang kental dengan keahlian atau bidang tertentu dan bisa dimanfaatkan untuk membuka kementerian yang erat kaitannya dengan image kota tersebut.

Dia mencontohkan, Bandung dijadikan pusat pengembangan teknologi, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi pusat pengembangan seni budaya, kemudian Surabaya yang dapat dijadikan pusat pengembangan kegiatan kemaritiman.

Sejalan dengan upaya itu, kementerian terkait bisa dipindah ke kota dan provinsi tersebut sehingga keberadaannya menyebar di seluruh Indonesia.

"Kalau kami bicara memajukan daerah, misalnya Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal, seharusnya berada di luar Pulau Jawa agar lebih mudah menjalankan tugas-tugasnya," tutur dia.

(baca: Kata Pemprov dan DPRD DKI soal Wacana Pemindahan Ibu Kota)

Naikkan level kota-kota lain

Joga berpandangan, ada karakteristik beberapa daerah di Indonesia yang sudah bisa maju dengan sendirinya, ada yang harus didorong, serta daerah yang sepenuhnya mesti disokong bantuan oleh pemerintah pusat.

Daerah yang sudah bisa mandiri dan maju adalah yang memiliki potensi besar untuk tumbuh, seperti Jakarta dan Bali. Sementara daerah atau kota yang masih harus didorong pengembangannya lebih banyak jumlahnya.

Jika kota-kota seperti ini dikembangkan serius dan didukung penuh melalui kebijakan serta anggaran, maka bisa menjadi kota metropolitan di pulau-pulau besar Indonesia selain Pulau Jawa.

"Misalnya Medan, Padang, atau Palembang bisa jadi contoh kota metropolitan di Pulau Sumatera. Di Pulau Kalimantan ada Pontianak atau Banjarmasin, seperti itu," ujar Joga.

Adapun kota yang benar-benar harus dibantu untuk berkembang lebih besar lagi jumlahnya. Anggaran yang tadinya disiapkan untuk memindahkan Ibu Kota dari Jakarta ke tempat lain bisa dialihkan untuk fokus membangun kota-kota yang tertinggal itu.

Sehingga, kota yang tadinya biasa saja bisa jadi kota maju, dan kota majunya dapat menjadi kota bertaraf internasional.

"Pemindahan Ibu Kota hanya urusan elite politik pusat. Kalau bicara kembali ke daerah, memangnya mereka (masyarakat di daerah) peduli soal Ibu Kota? Kalau bangun Ibu Kota baru, dampaknya tidak akan terasa ke mereka," ucap Joga.

Pada akhirnya, Joga berharap Indonesia tidak mengalami dampak pemindahan Ibu Kota seperti di negara-negara lain. Baik di Brasil, Malaysia, hingga Australia memindahkan Ibu Kota mereka ke tempat lain dan difokuskan sebagai pusat pemerintahan saja.

Namun, Ibu Kota di sana justru hanya hidup dari Senin sampai Jumat selama jam kerja. Selepas itu, warganya bergeser ke kota lain yang lebih hidup di luar Ibu Kota.

"Orang enggak kenal Brasilia, lebih tahu Rio de Janeiro. Sama dengan Putrajaya, orang tahunya Kuala Lumpur. Ini yang perlu jadi pertimbangan pemerintah juga, mau membuat Ibu Kota yang seperti apa, karena Jakarta sudah sejajar dengan Ibu Kota dunia lain seperti Tokyo, di mana bukan cuma ada pusat pemerintahan," kata Joga.

Kompas TV Pemerintah mencari alternatif lokasi Ibu Kota yang baru, selain Palangkaraya yang selama ini selalu disebut akan menggantikan Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Warga Cibitung Kena Tipu Rp 40 Juta

Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Warga Cibitung Kena Tipu Rp 40 Juta

Megapolitan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Depok, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Depok, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di DKI Jakarta, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di DKI Jakarta, 29 Maret 2024

Megapolitan
Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Megapolitan
Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com