Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Meteor: Kenangan Itu Kini Hilang

Kompas.com - 03/05/2010, 19:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Miris rasanya hati Subari Marzuki (42) ketika mendapat kabar dari sang istri bahwa rumahnya di Jalan Delima VI, Gang II, Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur, meledak. Ia pun langsung mempercepat kepulangannya dari Purworejo untuk segera melihat kondisi rumahnya yang hancur.

"Istri saya bilang rumah meledak. Waktu itu kami pikir meledak karena gas. Enggak tahunya meteor," kata bapak delapan anak ini, Senin (3/5/2010).

Kini, pensiunan Kementerian (dulu Departemen) Pendidikan Nasional ini hanya bisa pasrah menerima keadaan. "Saya legowo nerima semua ini. Namanya juga bencana alam, tiba-tiba," ucapnya.

Lalu, barang paling berharga apa yang rusak karena musibah ini? "Tidak ada. Bagi saya, rumah, anak, dan cuculah yang penting. Rumah ini juga satu-satunya harta berharga saya," ujar pria setengah baya asal Purworejo ini.

Subari bercerita, rumah itu didapatnya dari hasil kerja kerasnya mengabdi di Depdiknas. Ia mendapatkan undian berupa bantuan rumah pada tahun 1979. "Dulu saya dapat rumah ini dari undian kantor, nyicil 15 tahun lunas. Per bulan Rp 3.500. Yah namanya juga PNS," kenang Subari.

Ia mengaku, rumahnya dulu seperti gudang, ukuran 5 x 4 meter. "Belum ada listrik. Sekamar ramai-ramai. WC juga terpisah," ucapnya.

Lama-kelamaan, begitu mendapat rezeki lebih, Subari merenovasi kecil-kecilan pada tahun 1984 dan 1988. Apakah Subari akan tetap tinggal di situ? "Saya masih pengin tinggal di sini karena banyak kenangan. Tapi masalah renovasi belum tahu. Kalau ada yang mau bantu, kami bersyukur. Kalau tidak ada. yah kita liat nanti aja," ungkapnya.

Bantuan dari pemerintah baru berupa usaha dari pihak Kelurahan Malakajaya untuk mencarikan sponsor yang mau membantu renovasi.

Rumah Subari dan empat rumah lain hancur akibat meteorit yang jatuh pada tanggal 29 April pukul 16.00. Akibat kejadian itu, lima rumah menjadi korban. Rumah Subari termasuk rumah kedua yang kerusakannya paling parah. Atapnya terbuka seluruhnya sehingga tidak bisa ditinggali.

Kini, Subari bersama istri, anak, dan cucunya tinggal di Gang 6, tidak jauh dari rumah asalnya. Ia pun hanya berharap ada pihak yang berbaik hati mau membantunya. "Mungkin jajaran seperti camat atau wali kota masih belum terketuk. Tapi kami juga tidak mau menyalahkan pemerintah," ucapnya tulus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com