Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Kuras Pulsa, Tak Edukatif Pula

Kompas.com - 22/12/2010, 05:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI meminta kepada para penyedia jasa telekomunikasi agar memproduksi konten yang mendidik. Pertimbangannya, selama 2010, permasalahan terkait konten SMS merupakan hal yang paling banyak dikeluhkan konsumen karena menguras pulsa, tetapi berisi hal yang tidak edukatif.

"Bisnis boleh, tapi harus ada pendidikan juga. Selama ini product knowledge-nya minim. Bagus. Cuma, karena edukasi (untuk) masyarakat enggak ada, akhirnya jadi bumerang," ujar anggota Pengurus Harian YLKI, Sularsi, seusai diskusi Bisnis Penguras Pulsa Rugikan Konsumen, Selasa (21/12/2010) di Hotel Ambhara, Jakarta.

Selain itu, lanjutnya, agar layanan SMS tidak merugikan konsumen, Sularsi meminta penyedia konten menyediakan informasi lengkap kepada konsumen terkait konten yang ditawarkan.

Informasi itu berupa tarif, cara mendaftar atau cara berhenti mendaftar, serta informasi nomor pelayanan konsumen yang bisa dihubungi. Selama ini, menurut YLKI, ketidakadaan informasi semacam itu banyak dikeluhkan oleh konsumen.

"Tidak boleh menggunakan model up out. Jika menerima SMS, aku kena biaya. Keluar, aku kena juga. Pilihan konsumen harus ada," katanya.

Penyedia konten, lanjut Sularsi, memiliki tanggung jawab yang lebih kurang sama dengan penyedia layanan jasa telekomunikasi sebagai partner kerja sama dalam menyediakan SMS konten tersebut.

Keduanya harus memberikan mekanisme konten dan cara akses yang jelas kepada konsumen agar tidak merugikan. YLKI juga melansir, bisnis SMS konten termasuk bisnis yang menggiurkan, tetapi sering kali dijalankan tanpa mengindahkan etika berbisnis.

Direktur Operasional Indonesian Mobile and Online Content Provider (IMOCA) Tjandra Tedja menyampaikan, asosiasi IMOCA telah memberikan edukasi kepada para penyedia konten SMS agar tidak "nakal" dalam berbisnis.

Menurutnya, pemain bisnis penyedia konten di Indonesia saat ini hanya sekitar 100 orang. Bisnis tersebut belum berkembang pesat. "Ini masih rendah karena orang Indonesia belum anggap hal itu sebagai kebutuhan karena citranya masih negatif. Beda sama Jepang dan Korea yang penetrasinya sudah mencapai 50 persen," katanya.

Dari 187 juta pengguna jasa layanan telekomunikasi, baik GSM maupun CDMA, kata Tjandra, hanya 10-20 persen yang menggunakan layanan SMS konten. "Dibilang menjanjikan tidak juga. Kalau yang nakal, ya menjanjikan," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com