Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirlantas: Perilaku Sopir Angkot Jauh dari Ideal

Kompas.com - 23/09/2011, 14:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Royke Lumowa mengatakan, angka kecelakaan di Jakarta kian meningkat lantaran perilaku tidak disiplin para pengemudi. Royke pun menyoroti bahwa masih banyak pengemudi angkutan kota (angkot) ugal-ugalan yang akhirnya menyebabkan kecelakaan.

"Perilaku pengemudi angkutan umum ini enggak ideal, rendah sekali. Itu masih perlu ditingkatkan dan dipoles," ujar Royke, Jumat (23/9/2011), di Mapolda Metro Jaya.

Menurut Royke, aksi ugal-ugalan inilah yang menjadi pemicu kecelakaan. Apabila pengemudi taat berlalu lintas, maka angka kecelakaan diyakini mampu ditekan. Berdasarkan data dari Ditlantas Polda Metro Jaya, jumlah kecelakaan pada 2006 tercatat sebanyak 4.407 kasus, 2007 sebanyak 5.154 kasus, 2008 sebanyak 6.393 kasus, 2009 sebanyak 7.329 kasus, dan 2010 sebanyak 8.235 kasus. Sementara pada periode Januari-Mei 2011 ada 3.288 kasus kecelakaan.

Royke mengatakan, angkutan umum sebagai salah satu penyumbang terbesar kecelakaan. Namun, jumlahnya naik turun, bersaing dengan kendaraan pribadi yang jumlahnya lebih banyak. Tetapi, yang tertinggi masih tetap sepeda motor.

Sanksi tegas, SIM diperketat

Royke mengatakan, untuk memberikan pelajaran kepada para pengemudi agar patuh pada aturan, pihaknya kini tengah galak melakukan razia di sejumlah titik. Peningkatan razia ini dilakukan sejak Senin (19/9/2011).

"Enggak ada ampun lagi, enggak ada sosialisasi lagi. Itu mereka sudah tahu perilaku buruk, makanya akan kami tilang. Kalau memang tidak punya SIM, ya akan kami sita mobilnya. Yang penting law enforcement harus ditingkatkan," ujarnya.

Aksi sopir ugal-ugalan itu juga tidak lepas dari mudahnya akses untuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM). Royke mengatakan, penerbitan SIM akan diperketat untuk menyeleksi para pengemudi yang memiliki kemampuan menyetir baik dan taat pada aturan.

"Memang kalau sesuai aturan, orang yang enggak pernah belajar nyetir pasti enggak lulus. Yang lulus itu untung-untungan," ucapnya.

Hal lain yang dilakukan yakni terkait upaya pencegahan. Penyuluhan terhadap sopir-sopir angkot ini secara berkala dilakukan di terminal-terminal. Dikatakan Royke, penyuluhan ini dilakukan 1-2 kali sebulan oleh kepolisian sektor dan kepolisian resor setempat.

Menurut psikolog, kata Royke, imbauan atau nasihat tidak harus dilakukan saat itu juga. Paling tidak, kalau diimbau sekarang, mereka akan melakukannya besok. "Kalau tidak besok ya lusa, kapan pun itu tetap bermanfaat," kata Royke Lumowa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com