Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Aktivis Greenpeace Dideportasi

Kompas.com - 20/10/2011, 17:18 WIB
Hamzirwan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com Aktivis organisasi nonpemerintah asing yang bergerak di bidang lingkungan, Greenpeace, kembali dideportasi. Petugas Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta sempat menahan juru kampanye hutan Greenpeace, Andy Tait, saat akan kembali ke London, Rabu (19/10/2011) malam.

Sebelumnya, insiden serupa juga menimpa Direktur Eksekutif Greenpeace Inggris John Sauven yang ditolak masuk ke Indonesia meski memiliki visa bisnis dan dokumen resmi yang dibutuhkan. Namun, Tait lebih beruntung karena masih sempat beraktivitas dengan menyaksikan kerusakan hutan di Sumatera sebelum dideportasi.

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (20/10/2011), disebutkan, Tait dapat berkunjung ke Sumatera sejak Sabtu (15/10/2011) meski sempat dipersoalkan oleh petugas Imigrasi di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Petugas Imigrasi menunjukkan surat deportasi tanpa stempel resmi Direktorat Jenderal Imigrasi yang tidak disertai foto dan nama Tait serta mencantumkan nomor paspor yang salah.

Kepala Perwakilan Greenpeace Indonesia Nur Hidayati meyakini, pencekalan Sauven dan Tait adalah bagian dari skema intimidasi organisasi Greenpeace di Indonesia. "Greenpeace mendapatkan serangan dari berbagai pihak di Indonesia karena upaya kami menghentikan perusakan hutan. Serangan ini makin meningkat secara signifikan setelah kampanye kami terhadap peran Asia Pulp and Paper (APP) dalam perusakan hutan," ujarnya.

Dalam perjalanan Tait ke Sumatera, Greenpeace menyaksikan praktik penggundulan hutan yang sangat masif di kawasan hutan alam. Beberapa konsesi ini juga terpetakan dalam kawasan yang mempunyai lahan gambut dalam, di mana penghancuran lahan gambut dalam menurut hukum Indonesia adalah ilegal.

"Tetapi, menghalangi para juru kampanye kami tidak akan membuat Greenepeace berhenti untuk berupaya menghentikan perusakan hutan dan tidak akan menolong APP untuk menyembunyikan peran mereka sesungguhnya terhadap kerusakan hutan di Indonesia. Lagi pula, Golden Agri Resources yang juga bagian dari Sinar Mas Grup telah memutuskan untuk mulai meninggalkan perusakan hutan. APP harus mengikuti jejak saudaranya itu!" ujar Nur Hidayati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com