JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Solidaritas Pelaut Indonesia Pius Laja Pera meminta Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Pelarayan (STIP) dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan ikut bertanggung jawab atas kasus taruna tewas di tangan senior.
"Mereka seolah-olah lepas tangan. Enggak bisa begitu, Kita minta direkturnya ikut bertanggung jawab karena itu anak didik mereka dan di bawah kepengawasan mereka. Enggak bisa lepas tangan," kata Pius saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (8/4/2024).
Pius menilai Direktur STIP tidak optimal dalam melakukan pengawasan.
"Direkturnya juga ikut mengawasi, jangan hanya di balik meja menunggu laporan. Sekali-sekali turun lah tatap muka dengan para taruna," ujar Putu memberi saran.
Baca juga: Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan
BPSDM juga diminta ikut bertanggung jawab karena menjadi pemegang otoritas atau yang menetapkan peraturan di seluruh institusi pendidikan pelayaran di Indonesia. Sedangkan STIP sebagai institusi pendidikan, hanya sebagai pelaksana.
Pembuatan kotak saran untuk para taruna menyampaikan keluh kesahnya juga disarankan oleh Pius.
Melalui kotak saran itu, para taruna junior yang mendapat perlakuan kurang menyenangkan atau kekerasan, dapat menyampaikan keluh kesahnya melalui kotak saran yang tersedia.
Jadi, para junior tidak takut dan merasa aman ketika ingin mengadu ke pihak kampus apabila mendapat tindak kekerasan.
Baca juga: Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal
Diberitakan sebelumnya, STIP kembali berduka usai taruna tingkat satu bernama Putu Satria Ananta Rustika (19) tewas dianiaya oleh seniornya sendiri yang bernama Tegar Rafi Sanjaya (21).
Bukan hanya Tegar, tiga taruna berinisial A, W, dan K juga ikut serta mendorong terjadinya tindak kekerasan ini.
A merupakan orang yang memanggil Putu dan teman-temannya untuk masuk ke toilet pria lantai dua. Ia juga berperan sebagai pengawas selama proses kekerasan dilakukan.
Sementara W dan K adalah orang yang mendorong Tegar untuk memukul Putu.
Tegar memukul Putu sebanyak lima kali di bagian ulu hatinya hingga terkapar dan lemas.
Saat terkapar, Tegar panik dan berusaha menolong dengan menarik lidah Putu.
Namun, ditariknya lidah Putu membuat kondisinya semakin buruk dan jalur pernapasannya tertutup sampai akhirnya tewas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.