Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Kompas.com - 09/05/2024, 09:21 WIB
Shinta Dwi Ayu,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Solidaritas Pelaut Indonesia Pius Leja Pera menilai, budaya kekerasan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) tak ada sangkut pautnya dengan kebutuhan kerja di bidang pelayaran.

"Budaya tindak kekerasan ini enggak ada kaitannya dengan dunia bekerja di kapal. Saya di kapal sudah 30 tahun, jadi di kapalnya tergantung kaptennya," kata Pius saat diwawancarai oleh Kompas.com, Rabu (8/5/2024).

Baca juga: 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Pius telah menyorot masalah kekerasan ini sejak kasus taruna tingkat satu STIP bernama Agung B Gultom tewas di tangan 10 seniornya pada 2008.

"Masalah kekerasan ini saya sudah mengimbau dari kasus pertama tahun 2008 itu. Saya katakan kepada direkturnya, tidak diperkenankan lagi menerapkan cara militerisme," sambung Pius.

Menurut dia, cara militerisme tidak tepat diterapkan di sekolah sipil atau sekolah pelayaran.

Sepengetahuannya, STIP sudah membuat sederet peraturan agar tidak ada lagi tindak kekerasan di lingkungan kampus, terutama antara senior ke junior.

Namun, Pius menilai sistem pengawasan dari STIP dalam menerapkan peraturan itu masih kurang optimal.

"Sudah saya sarankan di setiap ruangan-ruangan disediakan CCTV, di luar jam belajar itu kan bisa dikontrol," tegas dia.

Baca juga: Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Pius juga sejak dulu menyarankan pihak kampus untuk melakukan pengawasan yang ketat, terutama di malam hari.

Pihak kampus disarankan selalu mengontrol kegiatan yang dilakukan para taruna usai pukul 19.00 WIB untuk menghindari tindakan kekerasan antara senior ke junior.

Diketahui, taruna tingkat satu bernama Putu Satria Ananta Rustika (19) tewas dianiaya oleh seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21).

Bukan hanya Tegar, tiga taruna lain berinisial A, W, dan K juga ikut serta mendorong tindak kekerasan ini.

A adalah orang yang memanggil Putu dan teman-temannya untuk masuk ke toilet pria lantai dua. Ia juga mengawasi selama proses kekerasan itu dilakukan.

Sementara W dan K adalah orang yang mendorong Tegar untuk memukul Putu.

Baca juga: Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Tegar memukul Putu sebanyak lima kali di bagian ulu hatinya hingga terkapar.

Saat korban lemas, Tegar panik dan berusaha menolong dengan menarik lidah Putu.

Namun, ditariknya lidah Putu membuat kondisinya semakin buruk dan jalur pernapasannya tertutup sampai akhirnya tewas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Berkah' di Balik Sumpeknya Macet Jakarta, Jambret Pun Terjebak Tak Bisa Kabur

"Berkah" di Balik Sumpeknya Macet Jakarta, Jambret Pun Terjebak Tak Bisa Kabur

Megapolitan
Ibu di Tanjung Priok Dikira Penculik, Ternyata Ingin Cari Anak Kandung yang Lama Terpisah

Ibu di Tanjung Priok Dikira Penculik, Ternyata Ingin Cari Anak Kandung yang Lama Terpisah

Megapolitan
Dituduh Ingin Culik Anak, Seorang Ibu di Tanjung Priok Diamuk Warga

Dituduh Ingin Culik Anak, Seorang Ibu di Tanjung Priok Diamuk Warga

Megapolitan
KNKT Bakal Cek Percakapan Menara Pengawas dan Pilot Pesawat yang Jatuh di BSD

KNKT Bakal Cek Percakapan Menara Pengawas dan Pilot Pesawat yang Jatuh di BSD

Megapolitan
Mekanisme Pendaftaran PPDB di Jakarta 2024 dan Cara Pengajuan Akunnya

Mekanisme Pendaftaran PPDB di Jakarta 2024 dan Cara Pengajuan Akunnya

Megapolitan
Cerita Saksi Mata Jatuhnya Pesawat di BSD, Sempat Berputar-putar, Tabrak Pohon lalu Menghantam Tanah

Cerita Saksi Mata Jatuhnya Pesawat di BSD, Sempat Berputar-putar, Tabrak Pohon lalu Menghantam Tanah

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Megapolitan
Modus Maling Motor di Jakut, Cegat Korban di Tengah Jalan dan Tuduh Tusuk Orang

Modus Maling Motor di Jakut, Cegat Korban di Tengah Jalan dan Tuduh Tusuk Orang

Megapolitan
Detik-detik Terjatuhnya Pesawat Latih di BSD, Pilot Serukan 'Mayday!' lalu Hilang Kontak

Detik-detik Terjatuhnya Pesawat Latih di BSD, Pilot Serukan "Mayday!" lalu Hilang Kontak

Megapolitan
Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas

Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas

Megapolitan
Polisi: Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh dan Tak Ada Luka Bakar

Polisi: Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh dan Tak Ada Luka Bakar

Megapolitan
Nasib Pejabat Kemenhub Dicopot dari Jabatan Buntut Injak Kitab Suci demi Buktikan ke Istri Tak Selingkuh

Nasib Pejabat Kemenhub Dicopot dari Jabatan Buntut Injak Kitab Suci demi Buktikan ke Istri Tak Selingkuh

Megapolitan
Jambret Ponsel Pelajar, Pengemudi Ojol Dikejar Polantas di Bekasi

Jambret Ponsel Pelajar, Pengemudi Ojol Dikejar Polantas di Bekasi

Megapolitan
Polisi Masih Tunggu Izin Keluarga untuk Otopsi Tiga Korban Pesawat Jatuh di BSD

Polisi Masih Tunggu Izin Keluarga untuk Otopsi Tiga Korban Pesawat Jatuh di BSD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com