Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sidik, Mengejar Impian Tanpa Sepasang Kaki

Kompas.com - 29/12/2011, 13:57 WIB

BEKASI, KOMPAS.com - Sidik terlahir cacat. Ia tak memiliki sepasang kaki. Tapi kondisi itu tak menghalanginya meraih mimpi. Berkat ketekunan, Sidik berhasil merintis usaha pembuatan kerupuk, yang menjadi penopang ekonomi keluarga. Hari baru saja beranjak pagi. Jam menunjuk angka 8. Namun sepagi itu, Sidik sudah sibuk di tempat usahanya. Tangannya dengan cekatan menyiangi setumpuk cabai sebagai bahan baku membuat racikan bumbu kerupuk singkong. Senda gurau sesekali dilontarkan Sidik, kepada sang istri, Siti Rahmah, yang pagi itu menemaninya bekerja.

“Ya kalau produksi kaya gini, sejak subuh kita sudah sibuk,” kata Sidik, kepada reporter warga Antoni Hutasoit, yang menulis laporannya di Kompasiana, Rabu (28/12/2011) lalu, lengkap dengan foto-foto kehidupan Sidik.

Antoni mengaku tertegun saat mendengar penuturan Sidik. Tuhan sungguh maha besar! "Saya membatin dalam hati. Bagaimana tidak! Sidik tidak mempunyai kedua belah kaki (maksudnya sepasang kaki, Red.). Namun pria itu begitu sigap melakukan berbagai aktivitas layaknya -maaf- orang normal lainnya," tulisnya di Kompasiana.

Sebagai warga, Antoni mengaku tergerak mewawancarai Sidik karena kisah hidup Sidik dinilainya sungguh luar biasa. Ia terlahir Cacat. Namun kondisi itu tak membuatnya takluk pada nasib. Tanpa kedua kaki, ia menjalankan usaha pembutan kerupuk singkong, di kediamanya di desa Cimuning, Mustika Jaya, Bekasi Timur, Jawa barat. Disela produksi, Sidik kepada Antoni mengisahkan terjal dan berlikunya jalan yang harus ia tempuh sepanjang mengarungi hidup.

 

Menurut Antoni, Sidik merintis usaha ini sejak tahun 1999. Berdirinya  usaha kerupuk ini bermula dari pergulatan hati Sidik yang miris menyaksikan kondisi kaum difabel secara umum. Di matanya, kaum penyandang cacat masih dipandang sebelah mata, termarjinal, dimana hak-hak mereka kerap terabaikan. Berbekal tekad dan semangat pembuktian diri inilah, Sidik nekat merintis usaha kerupuk singkong. “Saat itu saya masih bekerja diperusahaan kontaktor. Awalnya bos tak mengijinkan, dan meminta saya bertahan dengan imbalan kenaikan gaji hingga tiga kali lipat. Tapi tekad saya sudah bulat,” ujar sidik sebagaimana dikutip Antoni.

Awalnya Sidik menjalankan usahanya di kontrakannya di Cempak Putih, Jakarta Pusat. Pada tahap ini entah berapa banyak Sidik mengalami kegagalan, baik dalam meracik bumbu hingga kesulitan memasarkan produk. Usaha ini mulai membuahkan hasil lima tahun kemudian. Saat itu, Sidik bahkan sempat mempekerjakan 10 kayawan,  mayoritas penyandang cacat.

“Dulu awalnya kita hanya berani produksi 3 Atau 5 kilo singkong, itupun sering gagal. Saya tak putus asa. Ya alhamdulilah, perlahan usaha ini berkembang. Sedikit demi sedikit keungtunganpun kita simpan, sampai saya bisa membeli tanah dan membangun rumah ini,” terang Sidik, mengenai rumah seluas 150 meter yang baru ia tempati tiga tahun lalu.

Kisah lengkap Sidik dengan usaha kerupuknya, ikuti selengkapnya laporan Antoni Hutasoit di Kompasiana.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com