JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Buruh Internasional yang jatuh pada 1 Mei ini diharapkan menjadi momentum perbaikan bagi kehidupan para buruh. Diharapkan, ke depannya buruh bisa dianggap sebagai bagian penting yang memutar roda perekonomian dan bukan hanya dipandang sebagai pelengkap.
Setidaknya, demikian harapan Rika (26), seorang pekerja di perusahaan swasta. "Karena ekonomi gak akan gerak tanpa mereka. Percuma punya bos kalau gak punya pekerja," kata Rika di Jakarta, Selasa (1/5/2012).
Dia menilai, saat ini kaum buruh masih mendapat kekerasan struktural. Mereka diberi kewajiban maksimal namun hak yang didapatkan sangat minim.
Hal senada disampaikan Bara (25), karyawan outsource di sebuah perusahaan di Jakarta. Dia berharap pemerintah dapat lebih mensejahterakan kaum buruh, khususnya dari segi tunjangan yang didapat.
"Selama ini tunjangan terhadap buruh tidak begitu terlihat, sehingga banyak buruh buruh yang menjadi sangat bingung jika terjadi musibah pada dirinya maupun keluarga buruh," katanya.
Selama ini, menurut Bara, perhatian pemerintah terhadap buruh belum merata. "Pemerintah lebih melihat atau memperhatikan buruh buruh yang menurut mereka lebih berguna atau berkompeten," katanya.
Sementara buruh kasar atau yang berpendidikan rendah, lanjutnya, dibiarkan mengikuti kebijakan perusahaan yang terkadang semena-mena.
Mareta (23), karyawan, berharap, setiap perusahaan dapat mengembangkan potensi karyawannya. "Agar perusahaan ketika memperkerjakan orang tahu pasti orang ini mau dipakai buat apa dan dikembangkan jadi apa," katanya.
Dengan demikian, menurutnya, karyawan tidak hanya diperas tenaganya melainkan juga mendapat pendidikan yang mengembangkan diri mereka.
Selamat hari buruh!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.