ARBAIN RAMBEY
Pada akhir pekan, baik Sabtu maupun Minggu, cobalah mampir ke kawasan Kota Tua Jakarta atau di sekitar Museum Fatahillah. Anda akan menyaksikan ratusan manusia membawa kamera dan memotret ke sana kemari.
Lalu, masuklah ke beberapa bangunan tua di sana. Beberapa bangunan bekas kantor dari abad lalu yang tampaknya telantar itu kini dibiarkan ”telantar” dan dirawat agar tampak tetap seperti telantar. Bangunan-bangunan yang tampak berantakan itu kini justru sangat laris menjadi tempat pemotretan model ataupun foto perkawinan.
Memang, kawasan Kota Tua Jakarta kini telah menjadi tempat sangat hidup bagi kegiatan fotografi Jakarta dan sekitarnya. Berbagai workshop fotografi pun banyak dilangsungkan di sana akhir-akhir ini. Bangunan tua yang kesannya angker dan berhantu kini justru naik pamornya menjadi sebuah area pemotretan nan-eksotis.
Segala kegiatan tampaknya bermula dari sebuah rumah makan kecil yang bernama Cafe Megarasa. Hampir semua pemotretan di kawasan Kota Tua dimulai dengan makan dan berkoordinasi di sana, lalu pada akhir pemotretan biasanya para fotografer kembali berkumpul di tempat itu.
Gedung-gedung tua yang paling diminati sebagai tempat pemotretan adalah Gedung Akar yang terletak tepat di samping Cafe Megarasa. Gedung ini disebut demikian karena bagian dalamnya penuh akar beringin yang terjulur ke berbagai arah.
Masih dalam area yang sama, ada Gedung Kerta Niaga dan Gedung Citra Niaga yang juga menyediakan aneka suasana ”berantakan”, tetapi menarik. Secara umum, biaya untuk menyewa tempat-tempat itu bagi pemotretan cukup murah, yaitu Rp 75.000 per jam, maksimum 10 orang per grup.
”Tempat ini sangat eksotis. Tampaknya tak terawat, tetapi sebenarnya sangat dirawat agar tetap tampak begini,” kata Wiwin Yulius, seorang fotografer yang hampir selalu tampak di sana setiap akhir pekan.