Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengemis Difabel di Jakarta Harus Setor Rp 1 Juta Tiap Hari

Kompas.com - 10/09/2013, 19:18 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Para gelandangan dan pengemis di Jakarta menjadi mesin uang bagi orang-orang tak bertanggung jawab. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang biasa mengamen atau mengemis di pinggir jalan itu dipaksa menyetor uang dalam jumlah besar. Makan mereka pun dibatasi.

Agus (28), salah seorang gelandangan yang terjaring razia di lampu merah Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, mengatakan, para gelandangan itu ditampung di kolong terowongan Manggarai, Jakarta Pusat. Mereka kemudian diantar dan ditempatkan di tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh koordinator. Setiap hari, para gelandangan itu ditempatkan di dua lokasi berbeda.

"Saya setor kepada koordinator Rp 1 juta per hari. Paginya ditempatkan di lampu merah, nanti jam 14.00 koordinator akan menjemput untuk pindah ke tempat lain," ujarnya di gedung Wali Kota Jakarta Pusat, Selasa (10/9/2013).

Pengemis atau gelandangan penyandang difabel menjadi sasaran empuk koordinator PMKS. Dari hasil yang didapatkan, para PMKS itu hanya diberi dua kali makan pada pagi dan malam hari. Jika dalam sehari setoran mereka kurang, maka mereka tidak mendapatkan jatah makan pada esok paginya.

"Teman-teman yang cacat ditampung di dekat terowongan Manggarai. Kalau setoran kurang, ya kita tidak dapat makan pagi," kata Agus.

Agus mengaku sangat kesulitan mendapatkan Rp 1 juta setiap hari. Namun, ia pernah mendapatkan Rp 1,7 juta selama satu hari mengemis, yaitu saat bulan Ramadhan tiba. "Kalau Lebaran bisa dapat banyak, tapi rata-rata sehari dapat Rp 750.000," ujarnya.

Para gelandangan itu tertarik datang ke Ibu Kota karena banyak warga yang merasa iba dengan kondisi mereka, terutama yang difabel. Kepala Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat Wanson Sinaga mengatakan telah berulang kali merazia PMKS, yang rata-rata berasal dari luar Jakarta tersebut. Ia menyebutkan, di Jakarta Pusat terdapat beberapa lokasi rawan PMKS, yaitu di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin, Galur, Monas, Karet Bivak, Senen, Gunungsahari, dan perempatan Harmoni.

"Di kursi-kursi trotoar sepanjang Sudirman-Thamrin juga banyak yang kita jaring. Biasanya mereka sedang tidur. Itu kan kawasan vital, jadi malu dong kalau di pinggir jalan banyak PMKS-nya," ujarnya.

Wanson mengatakan, dinasnya selalu melakukan razia terhadap para gelandangan tersebut. Terlebih setelah hari raya Idul Fitri karena jumlah PMKS pada saat itu bertambah banyak. Ia menyebutkan, sejak Agustus setelah Lebaran hingga 5 September lalu, telah terjaring 169 PMKS.

Menurut Wanson, menghilangkan PMKS tersebut dapat dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. "Sebenarnya gampang, sepakat masyarakat tidak memberi, maka PMKS akan hilang," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Megapolitan
APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

Megapolitan
Polisi Buru 2 Pelaku Penyalahgunaan Narkoba yang Kabur Saat Digeruduk Warga di Koja

Polisi Buru 2 Pelaku Penyalahgunaan Narkoba yang Kabur Saat Digeruduk Warga di Koja

Megapolitan
Hari Ini, Sidang Perdana Panca Pembunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Digelar di PN Jaksel

Hari Ini, Sidang Perdana Panca Pembunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Digelar di PN Jaksel

Megapolitan
Tak Terima Lingkungannya Jadi Tempat Jual Beli Narkoba, 3 Warga Koja Geruduk Kontrakan Pengedar Sabu

Tak Terima Lingkungannya Jadi Tempat Jual Beli Narkoba, 3 Warga Koja Geruduk Kontrakan Pengedar Sabu

Megapolitan
Warga Bantu Polisi Tangkap Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak yang Dianggap Meresahkan

Warga Bantu Polisi Tangkap Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak yang Dianggap Meresahkan

Megapolitan
Polisi Masih Buru Dua dari Tiga Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak

Polisi Masih Buru Dua dari Tiga Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak

Megapolitan
Aksi Sindikat Curanmor di Palmerah: Gasak 4 Motor Dalam Semalam, Uangnya untuk Beli Narkoba

Aksi Sindikat Curanmor di Palmerah: Gasak 4 Motor Dalam Semalam, Uangnya untuk Beli Narkoba

Megapolitan
Lapor Kehilangan di Bogor Tak Perlu Datang ke Kantor Polisi, Ini Cara dan Syaratnya

Lapor Kehilangan di Bogor Tak Perlu Datang ke Kantor Polisi, Ini Cara dan Syaratnya

Megapolitan
Teganya Royan Cabuli 11 Anak di Bawah Umur di Bogor dengan Modus Penyewaan Sepeda Listrik

Teganya Royan Cabuli 11 Anak di Bawah Umur di Bogor dengan Modus Penyewaan Sepeda Listrik

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 29 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 29 Mei 2024

Megapolitan
Aksi Pemalsu KTP dan SIM di Jaksel: Cari Pembeli lewat Facebook, Raup Rp 30 Juta Per Bulan

Aksi Pemalsu KTP dan SIM di Jaksel: Cari Pembeli lewat Facebook, Raup Rp 30 Juta Per Bulan

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 29 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 29 Mei 2024

Megapolitan
Teka-teki Mayat Pria dalam Toren di Pondok Aren: Kronologi Penemuan dan Hasil Otopsi Sementara

Teka-teki Mayat Pria dalam Toren di Pondok Aren: Kronologi Penemuan dan Hasil Otopsi Sementara

Megapolitan
Temuan Mayat dalam Toren di Pondok Aren, Polisi: Saat Terendam Air, Kondisi Korban Masih Hidup

Temuan Mayat dalam Toren di Pondok Aren, Polisi: Saat Terendam Air, Kondisi Korban Masih Hidup

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com