Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Artefak Dicuri, Alarm Juga Tak Berbunyi

Kompas.com - 13/09/2013, 14:36 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pada saat kejadian hilangnya empat artefak emas peninggalan Kerajaan Mataram Kuno di Museum Nasional, semua sistem keamanan tidak berfungsi. Baik itu closed circuit television (CCTV), maupun alarm museum yang ditempatkan di pintu dan di vitrin, tempat memajang koleksi museum.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh mengatakan, setiap vitrin yang ada di museum terdapat alarm berupa detektor elektronik untuk sistem keamanan. Namun, Nuh mengatakan bahwa sistem keamanan yang ada di dalam museum tersebut mudah untuk dihancurkan.

"Di setiap vitrin ada detektor elektronik. Kalau kaca dibuka paksa, pasti bunyi. Tapi saya orang elektronik, mudah ngancurin dengan cara mengganggu frekuensi. Kalau alat enggak canggih, bisa dirusak sama elektronik," papar Nuh di Museum Nasional, Jumat (13/9/2013).

Untuk itu, M Nuh mengatakan, sistem keamanan yang ada di setiap museum harus terus diganti lalu diperbarui setiap saat agar kejadian benda museum  hilang dapat diminimalkan.

"Oleh karena itu, sistem sekuritnya harus dicanggihkan. Mumpung masih menyusun anggaran 2014," ujarnya.

Seharusnya, kata dia, detektor harus dipasang di setiap ruangan dan barang yang ada di museum. CCTV juga harus ditempatkan di beberapa titik. Tidak hanya satu CCTV untuk satu ruangan, tetapi beberapa, terlebih untuk ruangan yang sangat penting seperti ruangan emas.

Saat pencurian terjadi, kamera CCTV museum tidak berfungsi. Oleh karenanya, pencurian dengan cara mencongkel lemari kaca di ruang Kasana, lantai dua gedung lama museum yang dikenal dengan nama Museum Gajah ini, tak meninggalkan jejak.

Pencurian terhadap empat artefak berbahan emas peninggalan Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-10 ini terjadi pada Rabu (11/9/2013) sekitar pukul 09.00. Akan tetapi, pengelola museum baru melaporkan kehilangan itu kepada kepolisian pada Kamis (12/9/2013) siang.

Mengenai CCTV yang mati pada saat pencurian, M Nuh sangat menyesalinya. Namun, dia menyerahkan permasalahan ini kepada penyidik kepolisian.

"Yang penting kita serahkan ke polisi. Baik petugas polisi maupun internal museum akan melakukan investigasi. Bisa saja hal ini terjadi karena kesengajaan," tutup Nuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com