Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beras Jadi Prioritas, Krisis Pangan Mengancam

Kompas.com - 27/10/2013, 18:53 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com -- Kebijakan pemerintah pusat sejak era Orde Baru (Orba) hingga sekarang yang lebih memprioritaskan beras sebagai makanan pokok mengancam ketahanan pangan nasional. Sudah saatnya, pemerintah mengubah kebijakan dan lebih mendorong pertanian pangan berbasis potensi lokal.

Demikian disampaikan peneliti Oxfam untuk Koalisi Rakyat Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta, Minggu (27/10/2013).

"Ada semacam pikiran di alam bawah sadar bahwa beras adalah prioritas," kata Said.

Said mengatakan, 60 persen beras berasal di pulau Jawa. Hal ini lah yang kemudian membuat sejumlah wilayah di luar Jawa mengalami rawan pangan akibat ketergantungan masyarakatnya akan beras. Sumba Timur dan Nabire, kata Said, bisa jadi contoh daerah yang alami krisis pangan.

Sejak swasembada beras tahun 1984, terang Said, banyak warga Sumba Timur yang beralih dari mengonsumsi jagung menjadi nasi. Padahal, jagung awalnya dikonsumsi sekaligus diproduksi oleh masyarakat Sumba Timur.

Said mengatakan sebagian besar beras yang dikonsumsi masyarakat Sumba Timur didatangkan dari Surabaya. Ketergantungan akan beras ini, kata Said, menyebabkan rusaknya sistem pangan di wilayah tersebut, seperti hancurnya lumbung-lumbung jagung, baik yang berada di lahan, pohon, atau pun rumah.

"Dengan mengonsumsi beras dari Jawa, teknologi pengolahan pangan jagung menjadi makanan jadi tidak dikembangkan," ucapnya.

Kondisi serupa juga terjadi di Nabire, Papua. Said menuturkan makanan pokok masyarakat Nabire yang awalnya sagu dan umbi-umbian beralih menjadi nasi.

Peralihan konsumsi tersebut membuat mereka mengalami ketergantungan akan beras yang didatangkan dari pulau Jawa dan Sulawesi. Padahal, kata Said, Nabire bukanlah produsen beras utama.

Data dari Dinas Pertanian menunjukkan pada tahun 2011, produksi beras di wilayah itu hanya 4.126 ton padahal kebutuhan pangan warganya mencapai 18.396 ton. "Saat gempa bumi di Nabire tahun 2004, banyak masyarakat yang mengalami kelaparan karena akses pangan terhambat," ujarnya.

Dengan demikian, ia pun menyarankan kepada pemerintah untuk mendorong potensi pangan lokal sebagai masyarakat utama masyarakat di masing-masing daerah. Keragaman pangan lokal inilah, kata Said, yang bisa menjadi pertahanan terakhir ketahanan pangan masyarakat Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Megapolitan
Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Megapolitan
Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Megapolitan
Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Megapolitan
Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Megapolitan
Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Megapolitan
Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Megapolitan
Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Megapolitan
Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Megapolitan
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Megapolitan
Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Megapolitan
Proyek Pengembangan Stasiun Tanah Abang Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Proyek Pengembangan Stasiun Tanah Abang Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Megapolitan
Polisi Bakal Pertemukan Perwakilan Warga Klender dan Cipinang Muara demi Atasi Tawuran di Pasar Deprok

Polisi Bakal Pertemukan Perwakilan Warga Klender dan Cipinang Muara demi Atasi Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Ketika Si Kribo Apes Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg karena Bayar Makan Sesukanya...

Ketika Si Kribo Apes Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg karena Bayar Makan Sesukanya...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com