Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas PA Desak Polda Metro Cabut Pernyataan soal Video Asusila SMP 4

Kompas.com - 29/10/2013, 12:25 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menilai Polda Metro Jaya terlalu terburu-buru mengeluarkan penyataan terkait kasus video asusila pelajar SMPN 4 Jakarta yang disebut dilatari rasa suka-sama suka. Polisi dinilai mengabaikan aspek dan rasa keadilan terhadap AE, yang menurut keluarga berada pada posisi korban, sehingga menyudutkan pihak keluarga.

Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait menyayangkan pernyataan polisi tersebut. Untuk itu, pihaknya meminta Polda Metro Jaya segera mencabut pernyataan yang kadung terlontar ke masyarakat.

"Saya kira polisi harus mencabut statement itu. Jangan karena berdasarkan tayangan video, lalu mereka menyatakan perbuatan itu suka sama suka," kata Arist, dalam jumpa pers bersama ayah korban, AS (53), di Komnas PA, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (29/10/2013).

Ada beberapa hal yang mendasari hal tersebut. Pertama, Arist mengatakan bahwa kejadian dalam rekaman video asusila itu sebanyak tiga kali, yakni pada tanggal 13, 20, sampai 27 September 2013. Tanpa didahului pemeriksaan terhadap AE, polisi telah mengeluarkan pernyataan kepada publik bahwa tindakan dalam video tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka.

"Apa yang disampaikan kepada publik bukan berdasarkan berita acara perkara (BAP). Karena sebelumnya tidak ada BAP, itu hanya laporan biasa. Suka sama suka, kok BAP-nya belum ada. AE sendiri baru diperiksa pada 25 Oktober, dan itu dilakukan di Komnas PA," ujar Arist.

Selain itu, AE juga disebut mengalami paksaan dalam bentuk bullying sampai dengan ancaman penyebaran video asusila tersebut di kalangan sekolah, termasuk melaporkannya kepada seorang guru berinisial D.

Dalam aksi perekaman video tersebut, terlibat pula pelajar berinisial A dan C. A sebagai pengatur "skenario" yang memerintahkan FP dan AE beradegan seperti yang dia perintahkan. Sementara itu, C bertugas sebagai perekam gambar.

"Korban diminta harus senyum, enjoy. A sutradaranya dan C itu sebagai fotografernya (perekam), dan beberapa temannya ikut menonton. Jadi menurut saksi korban, itu diskenariokan," ujar Arist.

Sebelumnya, orangtua AE, siswi SMPN 4 Jakarta, melaporkan bahwa anaknya dipaksa berhubungan intim dengan seorang teman prianya. Kejadian tersebut bahkan sengaja direkam dengan telepon genggam temannya yang lain. Peristiwa terjadi pada Jumat (13/9/2013) pukul 11.50.

Saat itu, AE tengah turun dari kelasnya, ketika jam pelajaran usai. Sesampainya di lantai dasar, teman korban, A, mengajaknya ke salah satu ruangan untuk bertemu dengan teman lainnya, yakni CN, CD, DN, IV, dan WW.

Ketika korban masuk, selain ada teman-teman yang disebut tadi, ternyata sudah ada seorang pria yang merupakan adik kelas mereka, FP. Kemudian, A langsung menyuruh AE untuk berhubungan intim dengan FP. Teman-teman yang lainnya merekam dengan menggunakan telepon genggam.

Menurut keterangan tersebut, A juga mengancam AE menggunakan pisau dan akan melukainya jika tidak melakukan apa yang ia perintahkan. Bahkan, A mengancam AE akan menyebar video yang telah direkam teman-temannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com