Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rp 450 Juta dari Jokowi untuk Rumah Hidroponik di Rusun Marunda

Kompas.com - 17/04/2014, 20:01 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengeluarkan uang Rp 450 juta untuk proyek green house yang dibuatnya bersama para petani Hidroponik Marunda Hijau.

Menurut Bendahara Petani Hidroponik Marunda Hijau, Sudino (49), untuk membangun green house berukuran 16 x 40 meter persegi itu, Jokowi merogoh kantong pribadi hingga Rp 450 juta.

"Duit sebesar itu untuk membangun fisik green house. Sarana prasarana seperti modul terbuat dari pipa paralon dan lainnya," ujarnya di Rumah Hidroponik Marunda di depan Cluster A Rusun Marunda, Kamis (17/4/2014).

Sudini menambahkan, untuk pembibitan, Jokowi tidak memberikan uang, tetapi dalam bentuk benih tanaman.

Pria yang tinggal di Cluster A Blok Hiu itu mengatakan, meskipun pertanian itu belum menghasilkan produk berskala besar, dia memanen hasil green house itu setiap hari karena banyak warga sekitar yang membelinya. "Per hari pendapatannya kisaran Rp 30.000 sampai Rp 100.000," katanya. 

"Kami belum bisa menembus pasar. Jadi, hanya sekitar rusun konsumennya," ujarnya.

Sudiono menambahkan, ada 18 modul (pipa paralon) di dalam green house. Setiap modul ditanami jenis sayur yang berbeda. "Ada selada merah, hijau, pakcoy, dan sawi. Waktu panen sayuran juga bervariasi ada yang 24-27 hari dihitung dari waktu tanam," ujarnya.

Setiap modul, lanjutnya, menghasilkan sebanyak 2 kuintal atau 200 kg sayuran. Sayuran tersebut ia jual dengan harga Rp 10.000 per kilogram, kecuali sawi yang dihargai Rp 5.000 per kg.

Menurut Sudiono, uang hasil penjualan sayur-mayur hidroponik itu dikelola oleh bendahara. Bendahara itu juga yang mengatur pengeluaran untuk biaya operasional green house, di antaranya untuk membeli nutrisi tanaman sebesar Rp 50.000 per hari.

"Yang jelas untuk sekarang kami tidak mau disubsidi lagi," ucapnya.

Terdapat sembilan orang dalam kepengurusan Petani Hidroponik Marunda Hijau. Kepengurusan itu terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara. Sisanya tenaga lapangan yang memang mau bekerja.

Selain pertanian hidroponik, petani juga menanam sayuran lain dengan metode berbeda. Seperti di depan pintu masuk green house, para petani menanam cabai, bayam merah, bayam hijau, dan terong secara organik. Para petani juga berencana memanfaatkan lahan di bawah modul untuk dijadikan usaha tambak lele.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com