Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Renggo Datang untuk Belajar, Bukan Dihajar

Kompas.com - 06/05/2014, 22:47 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Papan berisi pesan motivasi di atas tangga menuju kelas SD Negeri 9 Makasar di Jakarta Timur terasa sangat ironis. Di papan itu tertera pesan, ”Kami datang untuk belajar, kami pulang membawa ilmu”. Dengan semangat yang sama, Renggo Khadafi (10) datang menuntut ilmu ke sekolah itu.

Namun, dia pulang membawa bilur-bilur penganiayaan kakak kelasnya, Sy. Bukan ilmu yang didapat, Renggo malah harus menyerahkan nyawa.

Renggo tewas pada Minggu (4/5/2014) setelah enam hari menanggung rasa sakit akibat dianiaya Sy pada Senin (28/4/2014). Kepergian Renggo sangat disesali teman-temannya. Apalagi, penganiayaan Renggo disaksikan teman-teman satu kelas. Sebab, penganiayaan itu terjadi di ruang kelas V tempat Renggo belajar.

”Tidak ada yang berani teriak saat Renggo dianiaya Sy. Kami juga diancam oleh Sy,” kata Fd (10), teman satu kelas Renggo, Senin (5/5/2014).

Fd berkisah, saat itu tengah jam istirahat. Sejumlah siswa sedang mengerjakan soal Bahasa Indonesia. Sementara guru wali kelas Prihastuti istirahat di ruang guru.

Menyaksikan temannya dianiaya, Fd mengaku tidak berani berbuat banyak karena Sy sudah dikenal senang berkelahi. Bahkan, Fd mengaku, dirinya juga pernah ditendang oleh Sy. ”Tidak ada yang berani melawan Sy. Lebih baik pergi,” katanya.

Begitu pula saat Renggo dianiaya Sy, Fd lebih memilih diam. Dia hanya mengamati sesekali sambil tetap fokus mengerjakan soal Bahasa Indonesia. Penganiayaan baru berhenti setelah teman sekelasnya, Ardi (10), datang melerai. Namun, Ardi pun sempat kena tonjok Sy. ”Tidak ada yang melapor ke guru karena semuanya diancam. Beruntung saja Ardi datang melerai,” katanya.

Dekat ruang guru

Padahal, kelas V, tempat terjadinya penganiayaan itu, bersebelahan dengan ruang kepala sekolah dan guru. Namun, penganiayaan yang menimpa Renggo tetap luput dari perhatian guru di sekolah itu.

Ibu asuh Renggo, Yessi Puspa Dewi (31), mengatakan, Renggo tewas akibat luka di organ perut. Dari pengakuan Renggo, kata Yessi, Renggo dianiaya Sy dan dua temannya, Ar dan Ag.

Mulanya, menurut Yessi, Renggo enggan mengungkapkan penganiayaan yang dialaminya. Namun, setelah didesak, Renggo baru mengaku telah dianiaya Sy. Penyebabnya sepele, saat di kantin sekolah Sy tersinggung lantaran Renggo menjatuhkan kantong es yang dipegangnya.

”Renggo mengaku sudah diminta ganti oleh Sy sebesar Rp 500. Tetapi, Sy tidak terima sehingga Sy merampas Rp 500 lagi dari saku baju Renggo,” katanya.

Tak cukup di kantin, Sy dengan dibantu Ar dan Ag kembali menganiaya Renggo. Atas kasus penganiayaan siswa yang berujung kematian itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku prihatin. Basuki menyatakan, sudah ada instruksi dari Dinas Pendidikan kepada kepala sekolah agar para guru lebih tajam mengawasi siswanya.

”Guru itu sampai harus tahu wajah muridnya kuning atau tidak. Tidak setiap anak beruntung memiliki orangtua yang bisa mengawasi anak-anaknya. Karena itu, guru dan kepala sekolah harus bisa mengawasi murid-muridnya,” ujarnya, dengan nada keheranan.

Harapan Basuki, dengan pengawasan yang lebih tajam, pihak sekolah bisa mengetahui kondisi kejiwaan murid-muridnya. Jika tidak, selain melakukan kekerasan, anak-anak juga bisa mengancam bunuh diri.

”Anak-anak sekarang mengerikan sekali, saya jadi prihatin. Saya enggak tahu mereka kebanyakan menonton film atau bagaimana. Sampai-sampai ada yang mengancam bunuh diri segala,” kata Basuki.

Langkah yang kini dilakukan oleh Pemprov DKI adalah mengupayakan ruang-ruang terbuka agar anak-anak lebih leluasa berekspresi dan berkreasi dengan sehat. Harapannya, kasus yang menimpa Renggo tidak terulang. (Madina nusrat/Fransisca Romana Ninik)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marak Pelat Nomor Palsu di Jakarta, Pedagang: Saya Enggak Berani Kalau Tak Sesuai STNK

Marak Pelat Nomor Palsu di Jakarta, Pedagang: Saya Enggak Berani Kalau Tak Sesuai STNK

Megapolitan
Kabel di Jalan Ahmad Yani Bogor Semrawut, Warga Khawatir Bahayakan Pengguna Jalan

Kabel di Jalan Ahmad Yani Bogor Semrawut, Warga Khawatir Bahayakan Pengguna Jalan

Megapolitan
Cita-cita sejak Kecil Buat Pemilik Pajero Dikejar Polisi di Tol Jatiasih lalu Ditilang

Cita-cita sejak Kecil Buat Pemilik Pajero Dikejar Polisi di Tol Jatiasih lalu Ditilang

Megapolitan
Bocah di Bekasi Tewas di Lubang Galian Air, Polisi Temukan Indikasi Praktik Dukun di Rumah Pelaku

Bocah di Bekasi Tewas di Lubang Galian Air, Polisi Temukan Indikasi Praktik Dukun di Rumah Pelaku

Megapolitan
Tolak Tapera, Pekerja Singgung Kasus Korupsi Asabri dan Jiwasraya

Tolak Tapera, Pekerja Singgung Kasus Korupsi Asabri dan Jiwasraya

Megapolitan
Bocah di Bekasi yang Ditemukan Dalam Lubang Galian Air Diduga Tewas karena Dibekap

Bocah di Bekasi yang Ditemukan Dalam Lubang Galian Air Diduga Tewas karena Dibekap

Megapolitan
Saat Orang Berlomba-lomba Ingin Jadi Pejabat di Jalanan, Gunakan Pelat Dinas Palsu agar Bebas Hambatan...

Saat Orang Berlomba-lomba Ingin Jadi Pejabat di Jalanan, Gunakan Pelat Dinas Palsu agar Bebas Hambatan...

Megapolitan
Tolak Tapera, Warga: Kesannya kayak Dipaksa Punya Rumah, padahal Masih Banyak Kebutuhan Lain

Tolak Tapera, Warga: Kesannya kayak Dipaksa Punya Rumah, padahal Masih Banyak Kebutuhan Lain

Megapolitan
Dharma Pongrekun-Kun Wardana Diminta Perbaiki Data 500.000 Pendukung untuk Bisa Maju pada Pilkada DKI 2024

Dharma Pongrekun-Kun Wardana Diminta Perbaiki Data 500.000 Pendukung untuk Bisa Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pemerintah Disarankan Memperbesar Subsidi Rumah Dibanding Mewajibkan Tapera

Pemerintah Disarankan Memperbesar Subsidi Rumah Dibanding Mewajibkan Tapera

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 3 Juni 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 3 Juni 2024

Megapolitan
Hilang 3 Hari, Bocah Perempuan di Bekasi Ditemukan Tewas di Dalam Lubang Galian Air

Hilang 3 Hari, Bocah Perempuan di Bekasi Ditemukan Tewas di Dalam Lubang Galian Air

Megapolitan
Warga: Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah, Masyarakat Cuma Jadi Roda Pemenuh Hasrat Kekuasaan

Warga: Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah, Masyarakat Cuma Jadi Roda Pemenuh Hasrat Kekuasaan

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling Jakarta 3 Juni 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling Jakarta 3 Juni 2024

Megapolitan
Dharma Pongrekun Diberi Waktu hingga 7 Juni 2024 untuk Memperbaiki Berkas Syarat Maju pada Pilkada DKI

Dharma Pongrekun Diberi Waktu hingga 7 Juni 2024 untuk Memperbaiki Berkas Syarat Maju pada Pilkada DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com