Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendatang Tergiur UMP Tinggi di Jakarta

Kompas.com - 04/08/2014, 18:28 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Dinas Kependudkan dan Catatan Sipil DKI Jakarta Purba Hutapea berpendapat tingginya upah minimum provinsi (UMP) turut menjadi penyebab meningkatnya jumlah pendatang dari daerah pada pasca-Lebaran tahun ini.

Menurut dia, besaran UMP DKI yang saat ini telah mencapai Rp 2,4 juta per bulan dinilai sangat besar bila dibandingkan UMP yang ada di daerah lain.

"Jakarta itu masih menarik bagi orang daerah. Di Jakarta itu, upah itu tinggi, beda dengan upah di desa. Jadi, itu sebetulnya penariknya itu. Di Jakarta itu upah itu tinggi, padahal biaya hidup tinggi. Orang hanya melihat, oh upahnya tinggi itu. Kalau upah di desa lebih tinggi pasti tidak datang ke sini," kata Purba di Balaikota Jakarta, Senin (4/8/2014).

Faktor lainnya, kata Purba, adalah sinetron di televisi yang menggambarkan bahwa kehidupan di Jakarta penuh dengan kemewahan. Menurut dia, hal itu juga membuat orang daerah tertarik untuk datang ke Jakarta.

"Mungkin lihat di televisi setiap hari di Jakarta menggambarkan kemewahan, sinetronnya. Kan jarang televisi kita menyiarkan yang kesulitan dalam kenyataan. Itu jadi faktor halusinasi selain faktor lain tadi," ujar Purba.

Lebih lanjut, Purba mengatakan, berdasarkan hasil survei dari lembaga demografi Fakultas Ekonomi UI, pada pasca-Lebaran tahun ini, Jakarta diprediksi akan kedatangan sekitar 68.000 orang. Angka tersebut naik dibanding tahun lalu yang hanya mencapai 52.000 orang.

Berdasarkan data tersebut, kata Purba, 68.000 pendatang tersebut terbagi atas tiga golongan. Pertama, yang sudah menyatakan dia pasti akan tinggal di Jakarta karena sudah dapat pekerjaan dan tempat tinggal, yang belum dapat pekerjaan tapi sudah memiliki tempat tinggal, dan yang belum sama sekali memiliki pekerjaan dan tempat tinggal.

"Pendatang baru dari desa itu tidak ada yang datang sendiri, pasti ada keluarganya. Pasti saudaranya yang mengajak untuk tempat tinggal. Tidak mungkin (tidak ada kerabat), dia mau menginap di mana? Kedatangan orang daerah ke Jakarta itu pasti terkait dengan kekerabatan atau kekeluargaan," papar Purba.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Megapolitan
Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Megapolitan
Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Megapolitan
Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Megapolitan
Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Megapolitan
Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Megapolitan
Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Megapolitan
Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: 'Don't Worry'

Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: "Don't Worry"

Megapolitan
DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

Megapolitan
Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Megapolitan
Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Megapolitan
Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com