Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tempat Kecil Langganan Jokowi Ini, Akankah Tinggal Kenangan?

Kompas.com - 14/10/2014, 09:59 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Siang itu, Rusman sedang mengukur dan mengepaskan pakaian salah satu pelanggannya. Kemeja batik itu sudah jadi. Namun demi penyempurnaan, ia meminta pelanggannya untuk mencoba pakaian tersebut.

Tak lama setelah mencoba batik berwarna biru itu, pelanggan tampak puas dan meminta untuk langsung mengambil baju. Kemudian, pelanggan pun segera melunasi ongkos jahit baju, dan meninggalkan toko kecil di pojok Jalan Gunung Sahari V itu.

Rusman yang merupakan pemilik Feng Sin Tailor, toko kecil itu, memang sekaligus orang yang paling bertanggung jawab atas pola pakaian yang akan dijahit. Sejak tahun 1970-an, ia meneruskan usaha ayahnya yang sudah dirintis sejak 1939 itu.

"Dari dulu sampai sekarang, ya di sini ini tempatnya, enggak pernah pindah-pindah," kata pria paruh baya ini kepada Kompas.com, Jumat (10/10/2014) di tokonya.

Ya, sekilas toko itu tidak istimewa. Bangunan berwarna coklat muda dengan tulisan Feng Sin Tailor berwarna merah dan hitam di atasnya terletak persis di samping lampu merah. Tak ada pelataran luas di depan tempat tersebut, bahkan hanya untuk memarkir sebuah mobil.

Saat Kompas.com datang, hanya ada dua sepeda motor diparkir di sana. Namun, siapa yang sangka, dari tempat itulah, banyak baju pejabat dibuat. Misalnya, baju pelantikan Joko Widodo ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta, begitu pula dengan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama. Bahkan untuk pelantikan presiden pada 20 Oktober mendatang, Jokowi kembali menggunakan jasa Feng Sin Tailor.

Sudah jadi langganan menteri

Rusman bercerita, sejak zaman Orde Lama, beberapa menteri juga kerap menjahitkan pakaian di Feng Sin Tailor. Meski begitu, Rusman mengaku tidak tahu alasannya. "Saya juga bingung, parkir saja kan enggak bisa di sini. He-he-he. Saya kira sih karena promosi dari mulut ke mulut," tuturnya.

Karena tempatnya tidak memungkinkan untuk memarkir mobil, sering kali, ketika ada pesanan, Rusman sendirilah yang menyambangi kediaman pelanggannya. Misalnya, saat membuatkan baju untuk Jokowi, Rusman langsung diundang ke Balaikota atau rumah dinas gubernur.

Tak ada penerus

Saat ditanya alasannya kenapa tidak pindah ke tempat yang lebih besar dan strategis, Rusman awalnya hanya tertawa. Namun, dengan pandangan menerawang, ia bercerita bahwa bisnisnya ini mungkin tak akan berkembang lebih besar.

"Sehari-hari ya kerja begini saja, sudah cukup. Enggak ada kepikiran untuk jadi lebih besar," kata dia.

Ini karena Rusman tak memiliki penerus untuk Feng Sin Tailor. Kelima anaknya tak ada yang tertarik di bidang jahit-menjahit. "Ada sih satu anak saya yang kuliah fashion design, tetapi sekarang malah kerjanya lain," beber Rusman.

Saat ini, Feng Sin Tailor memiliki sekitar 10 penjahit. Mereka bekerja di bangunan terpisah dari bangunan utama tersebut. Namun, letaknya tidak terlalu jauh. "Tempat ini cuma buat finishing sama menaruh contoh bahan. Jadi, pelanggan enggak perlu datang ke tempat jahitnya, cukup di sini saja," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com