"Acara ini sudah yang keenam kalinya. Di luar negeri, acara serupa ada banyak. Mereka sharing antar pelaku industri game dengan seminar, talk show, membicarakan indusri game yang lebih baik lagi," kata Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI), Andi Suryanto.
Menurut Andi, dalam GDG, diundang berbagai pembicara yang berasal dari berbagai kalangan. Pihak-pihak tersebut seperti pelaku industri game, akademisi, mahasiswa, dan perusahaan. Saat ini, aku Andi, sudah cukup banyak pembicara yang berasal dari perusahaan global seperti Namco Bandai, pelaku industri game di Jepang, dan Facebook.
"Kita melihat hal ini sebagai peluang. Di Indonesia dan Asia Tenggara, pemain industri game masih sedikit. Saya berharap Indonesia bisa jadi salah satu pemain besar," ujar Andi.
Semangat Awal GDG pertama kali diselenggarakan secara resmi pada tahun 2011 oleh sekelompok orang yang memiliki kecintaan dengan game. Salah satu orang tersebut adalah Kris Antoni Hadiputra.
Kris yang juga pendiri GDG merupakan lulusan sebuah universitas swasta yang mengambil jurusan game dan mengawali karirnya dengan cara yang nekat.
"Bisa dibilang saya nekat sih, karena saat lulus, modal sedikit, laptop cuma satu. Saya cuma berdua sama teman saya, Sudarmin. Kita mau coba bikin game," kata Kris.
Kris mengatakan bahwa game pertama yang dia buat bersama Sudarmin adalah puzzle fisika. Permainan tersebut merupakan game pertama yang dia buat, dan coba untuk dijual. Namun, hasilnya, mereka rugi besar. Tidak ada yang mau bermain game tersebut.
"Gagal total saat itu. Tetapi kita enggak menyerah, bikin lagi game tembak-tembakan zombie, baru mulai banyak yang main," kata Kris.
Lama kelamaan, Kris mulai berpikir kalau harus ada konferensi yang mengumpulkan semua pelaku industri game di Indonesia. Awal mula pembicaraan tersebut dari sebuah janji dengan beberapa orang yang seprofesi dengan Kris untuk minum kopi bersama.
Perbincangan santai saat "ngopi" bersama tersebut yang kemudian semakin intens dibicarakan lalu berbuah menjadi pembentukan GDG. Dari pelaksanaan GDG pertama kali hingga sekarang, banyak pihak yang antusias untuk berpartisipasi. "Pembicara yang dulu cuma lima orang sekarang bisa 20 lebih," kata Kris.
Dia pun optimistis dengan masa depan industri game di Indonesia. Bagi para pengembang game yang sekarang masih belajar atau masih mengembangkan diri, Kris berpesan supaya tidak cepat putus asa dan untuk terus berinovasi.
Perwakilan Namco Bandai, perusahaan game di Jepang, Mari Ko, merasa Indonesia punya potensi besar untuk tumbuh mengembangkan industri game miliknya. Industri tersebut bisa tumbuh pesat jika pelaku-pelakunya menjalani industri dan mencari peluang dengan tekun.
"Indonesia cuma masalah waktu saja buat bisa sukses industri game-nya. Saat ini, Indonesia baru menerapkan game di satu platform saja, kalau bisa seperti di Jepang yang sudah lintas platform, game dimainkan di smart phone, tablet, dan PC," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.