Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan MRT Berlanjut

Kompas.com - 30/12/2014, 22:49 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pembangunan proyek transportasi massal cepat (MRT) terus berlangsung. Senin (29/12) pagi, 23 bangunan liar di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dibongkar untuk pembangunan depo MRT. Meski diwarnai protes warga, pembongkaran dilanjutkan.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta Kukuh Hadi Santosa mengatakan, 23 bangunan yang dibongkar itu tidak memiliki sertifikat hak milik tanah dan bangunan. Itu sebabnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak bisa memberikan uang ganti rugi.

”Ganti rugi hanya bisa diberikan apabila warga bisa menunjukkan sertifikat kepemilikan bangunan. Kalau warga bisa menunjukkan surat kepemilikan, kami akan mengakomodasi sesuai ketentuan,” kata Kukuh di Jakarta, kemarin.

Menurut Kukuh, sebelum pembongkaran dilaksanakan, pihaknya sudah menyosialisasikan rencana pembangunan depo MRT di lokasi tersebut. Selain itu, pihaknya juga sudah memberikan surat pemberitahuan kepada warga agar segera meninggalkan lokasi pembangunan.

Wakil Wali Kota Jakarta Selatan Tri Djoko menjelaskan, pihaknya tidak bisa menunda rencana pembongkaran bangunan liar itu. ”Kami sudah menyosialisasikan rencana ini sejak lama. Saya tegaskan, hari ini bangunan liar harus rata dengan tanah,” ujarnya.

Tri menjelaskan, seluruh bangunan liar yang dibongkar berada di dalam kompleks Stadion Lebak Bulus seluas 31.000 meter persegi. Total luas lahan bangunan yang dibongkar mencapai 7.500 meter persegi. Menurut Tri, lokasi bekas Terminal Lebak Bulus dan Stadion Lebak Bulus tersebut akan dijadikan depo MRT.

Protes warga

Sejak pukul 07.00, petugas mulai mengangkut barang-barang yang berada di dalam rumah warga. Dengan menggunakan alat berat, petugas kemudian merobohkan bangunan rumah dan kios di kompleks stadion itu. Petugas juga menebang pohon-pohon di sana.

Salah satu bangunan yang terkena dampak pembangunan MRT adalah tempat tinggal Neri Ruliarso (43), pedagang kopi dan mi instan. Sejak lima tahun lalu, Neri dan Sulis (68), ibunya yang terkena stroke, menyewa ruang di Stadion Lebak Bulus untuk tempat tinggal.

Neri menjelaskan, sambil mencari tempat tinggal baru, ia bersama ibunya yang merupakan pendukung senior klub sepak bola Persija diizinkan tinggal di Stadion Lebak Bulus hingga Februari 2015. Namun, belum memasuki tahun baru, rumahnya sudah dirobohkan.

”Tadi malam ibu sudah saya pindahkan. Sementara ini kami menumpang di rumah teman di dekat Terminal Lebak Bulus,” kata Neri sambil mengumpulkan seng dan besi bekas bangunan untuk dijual.

Saat pembongkaran dilaksanakan, sejumlah warga terlihat protes. Salah satunya, Susilawati (37), yang mengaku terkejut karena pembongkaran dilaksanakan mendadak.

”Beberapa waktu lalu memang ada sosialisasi. Kemudian dilanjutkan pengukuran rumah. Sekarang tiba-tiba rumah dirobohkan,” kata perempuan yang sudah tinggal di kompleks stadion itu lebih dari 20 tahun.

Kepada Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, Susilawati meminta pembongkaran dihentikan. Namun, menurut Tri Djoko, pembongkaran tidak dapat ditunda. ”Sebagai gantinya, kami siap memberikan ganti rugi asalkan warga bisa menunjukkan bukti-bukti kepemilikan lahan,” katanya.

Andi Faisal, perwakilan tim kuasa hukum warga, menjelaskan, warga tidak setuju dengan pembongkaran lahan yang dilakukan Pemprov DKI. Menurut dia, tidak semua lahan merupakan tanah garapan milik negara. Lahan yang berada di luar Stadion Lebak Bulus, seluas 3.500 meter persegi, merupakan lahan milik warga yang juga terkena pembongkaran.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Megapolitan
Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Megapolitan
Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com