"Mau gimana lagi. Ya namanya kita orang kecil nurut saja," kata Sahadi (49), penjual depan Pasar Jaya Enjo, kepada wartawan, di lokasi penertiban, Senin (12/1/2015).
Pria yang menjadi pedagang sayur itu mengaku tak memiliki kios di dalam Pasar Enjo. Berbeda dengan beberapa pedagang lainnya yang memiliki kios di dalam pasar, tentu dengan mudah pindah masuk ke dalam.
Sahadi tak tahu di mana akan berjualan lagi. Ia pun tak mendapat ganti rugi. Padahal, bapak dua anak ini ini butuh berdagang untuk membiayai sekolah anaknya yang duduk di kelas III SMA dan I SMP.
"Kalau enggak boleh di sini, saya bingung mau di mana lagi. Kasihan anak istri saya. Anak dua orang masih sekolah. Sementara istri saya enggak kerja, cuma ngurusin anak di Bogor," ujar Sahadi.
Menurut dia, ini kali kedua dia digusur dari tempat itu. Sebelumnya, ia adalah pedagang di atas lahan sebelum Pasar Jaya Enjo dibangun. Ketika dibangun, ia dan beberapa pedagang lain mesti pindah ke tepi jalan.
Pengurus PKL Pasar Enjo, Heri Papir (57) mengatakan, para pedagang akan menunggu kepastian nasib mereka. Heri berharap, pedagang bisa diganti untuk berjualan mulai malam hingga pagi hari.
"Sementara ini pedagang di sini nurut saja. Tapi kita tetap di sini cuma enggak pakai tenda lagi. Gelar aja lapak di pinggir-pinggir. Jadi malam kita dagang, pagi jam delapan itu sudah bersih," ujar Heri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.