Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKL Jalan Penataran Kini Terlihat Rapi

Kompas.com - 24/04/2015, 10:09 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tenda hijau berjejer rapi tepat di Jalan Penataran, Kelurahan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. Letaknya tepat di samping pagar perlintasan kereta.

Keberadaan tenda berwarna hijau tersebut untuk menaungi pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di tempat tersebut. Setiap pedagang kaki lima mendapatkan satu tenda hijau yang berukuran 3x3 meter persegi.

Menurut seorang PKL, Amanah (53), mereka berdagang di Jalan Penataran atas arahan dari Kelurahan Pegangsaan. Mereka diberi tempat berdagang untuk mengakomodasi usaha yang sudah dirintis sejak puluhan tahun lalu.

"Sebelumnya kita ada di kolong rel kereta. Terus dipindahin ke sini," kata Amanah kepada Kompas.com, Pegangsaan, Jakarta Pusat, Jumat (24/4/2015).

Tenda hijau yang menaungi dagangan Amanah saat ini merupakan hasil rembukan para pedagang dengan Kelurahan Pengangsaan. Para pedagang diminta untuk menata tempat mereka agar lebih terlihat rapi.

"Supaya lebih bagus dilihat. Kan jadi warna hijau semua tendanya," kata Amanah.

Tenda hijau itu baru dipasang pada hari Minggu (19/4/2015). Sebelumnya tenda PKL berwarna putih dan terlihat kusam.

Pedagang lainnya, Marisa (27), mengaku lebih nyaman dengan pemasangan tenda hijau. Sebab, para warga jadi tidak sungkan untuk sekadar melihat-lihat dagangannya. "Kalau begini kan jadi ada yang melirik. Terlihat bagus dari luar," kata Marisa yang berdagang baju, Jumat.

Salah satu pembeli, Taufik (30), mengatakan tempat pedagang kaki lima itu jadi lebih rapi. Dia pun juga kerap kali menyambangi para pedagang untuk membeli dagangannya.

"Kalau makan di sini jadi gak kepanasan. Kan udah ada tenda. Terus dari jauh ngeliatnya juga bagus. Enggak kumuh," sebut Taufik, Jumat.

Bayar sendiri

Para pedagang yang memiliki tenda hijau untuk berdagang mengaku pembelian tenda dilakukan dengan biaya pribadi. Harga satu tenda dipatok sebesar Rp 1.750.000. "Pembayarannya dicicil. Kalau ini katanya baru DP Rp 500 ribu," kata Marisa.

Nanti, para pedagang harus melunasi pembayaran tenda secara bertahap. Setiap Jumat, para pedagang akan dimintai sisanya. "Nanti dimintai Rp 450.000 setiap Jumat," sebut Marisa.

Meskipun harus membayar, Marisa tak keberatan karena tenda tersebut secara otomatis akan menjadi miliknya.

Amanah mengaku sudah cukup puas dengan keberadaan tenda tersebut. Selain ia dapat terhindar dari panas dan hujan, ia dapat berdagang di area tersebut. "Syukurin apa adanya aja. Yang penting masih bisa berdagang," kata Amanah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Megapolitan
Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Megapolitan
Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Megapolitan
Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: 'Don't Worry'

Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: "Don't Worry"

Megapolitan
DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

Megapolitan
Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Megapolitan
Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Megapolitan
Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Megapolitan
Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Megapolitan
DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Megapolitan
Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Megapolitan
Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com