"Dulu panti laras pada umumnya yang ada di DKI yang membutuhkan obat jiwa, dokter jiwa-lah yang datang ke panti. Namanya klinik satelit, dari 2010 sampai 2014," kata Sarima, Kamis (18/6/2015).
Persoalan distribusi obat pada masanya klinik satelit dikatakan Sarima selalu lancar. Pasien tidak pernah kekurangan obat.
Sedangkan pada masanya BPJS, masing-masing pasien harus pergi dulu ke rumah sakit jiwa yang ada di Duren Sawit, Jakarta Timur, untuk bisa mendapatkan obat. Jarak dari panti binaan Sarima yang ada di Cengkareng, Jakarta Barat, dengan Duren Sawit cukup jauh.
Perjalanan memakan waktu dua jam saat berangkat dan dua jam saat kembali. Terlebih, jumlah ODMK yang bertambah banyak menyebabkan kesulitan untuk membawa tiap-tiap mereka ke sana, padahal mereka sudah membutuhkan obat di saat itu juga.
Pihak panti mengaku telah berkabar dengan pihak Kemenkes untuk mencari solusi. Sarima juga telah menerangkan bagaimana kesulitan dan kendala yang dihadapi di lapangan.
"Sudah koordinasi, mudah-mudahan regulasinya cepat ditangani oleh Kementerian Kesehatan yang membuat regulasi itu," ujar dia.
Anggota Komisi IX DPR RI Rieke Diah Pitaloka juga pernah membahas hal serupa kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, 24 Maret 2015 lalu. Saat itu, Rieke mengadukan masalah persediaan obat yang kini sudah selesai ditangani dan soal kunjungan dokter serta perawat puskesmas ke panti-panti sosial.
Kunjungan itu berlaku sebelum ada BPJS Kesehatan. Sejak 1 Januari 2015 lalu, penyandang gangguan jiwalah yang harus datang ke puskesmas. Rieke juga sempat menyampaikan kepada Basuki agar membangun klinik yang letaknya berdekatan dengan panti sosial.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.