Untuk mewujudkannya, lanjut dia, pemimpin harus bisa memenuhi otak, perut, dan dompet warganya.
Kini, Basuki sedang berupaya untuk mengalokasikan sejumlah anggaran yang dipergunakan untuk jaminan pendidikan melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP). Hal itu dapat memenuhi otak warga mulai dari usia dini serta pendidikan rohani.
Dari sisi "kebutuhan perut", Basuki tidak ingin lagi ada warga Jakarta yang telantar dan tidak dipelihara negara. Terakhir, dari sisi "kebutuhan dompet", Basuki menjamin, banyaknya lapangan pekerjaan terbuka di Ibu Kota.
"Jadi, kalau ditanya, yang paling berarti buat hidup ini adalah bersyukur kepada Tuhan karena anugerah Tuhan sangat besar untuk menyelamatkan saya," kata pria yang akrab disapa Ahok itu.
"Seperti lagu kemenangan Presiden Obama, 'Amazing Grace', orang yang tidak layak seperti saya bisa dipercayakan memegang jabatan seperti ini. Saya dulu tersesat dan sekarang ditemukan, ini yang membuat hidup saya lebih berarti," kata dia.
Basuki dilahirkan di Manggar, Belitung Timur, pada 29 Juni 1966. Mengawali karier politik melalui Partai Indonesia Baru (PIB), Basuki berhasil menjadi anggota DPRD Belitung Timur dari tahun 2004-2005. Sejak 3 Agustus 2005, dia menjadi Bupati Belitung Timur melalui sebuah pemilihan langsung. Dia memimpin kabupaten tersebut hingga 22 Desember 2006.
Gagal dalam Pemilihan Gubernur Bangka Belitung, Basuki terpilih menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar. Dia duduk di parlemen dari 1 Oktober 2009 hingga 26 April 2012.
Mendampingi Joko Widodo, Basuki menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta sejak 15 Oktober 2012. Kemudian, tepat 19 November 2014 lalu, Presiden Joko Widodo melantik Basuki menjadi Gubernur DKI Jakarta di Istana Merdeka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.