Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keresahan Para Sopir Taksi di Jakarta terhadap Keberadaan Layanan Uber

Kompas.com - 29/06/2015, 16:05 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Taksi Uber disebut beroperasi ilegal di Jakarta. Bagaimana tanggapan para sopir taksi tentang keberadaan taksi Uber ini?

Syam (49), pengemudi dari taksi berwarna biru, mengaku resah dengan keberadaan taksi Uber. Syam mengatakan, munculnya mobil yang beroperasi tanpa izin menambah daftar angkutan gelap di Ibu Kota yang merugikan para sopir taksi resmi seperti mereka.

"Keberadaan mereka membuat resah sopir yang terdaftar seperti kita. Pendapatan kita jadi agak goyang," kata Syam kepada Kompas.com saat mangkal di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (29/6/2015).

Syam mengatakan, meski kerap mangkal di pusat kota, seperti Sudirman, atau SCBD, taksi Uber kadang mengambil penumpang di atau ke Bandara Halim.

Di pusat kota, taksi Uber juga tak kalah meresahkan sopir-sopir taksi resmi lainnya. "Mereka kalahnya cuma pas three in one. Kebanyakan jam segitu pada memilih mangkal. Tetapi, ada juga yang tanya dulu ke penumpangnya berapa orang. Kalau satu enggak berani mereka muat," ujar Syam.

Tarif murah

Dia menilai, operasi taksi Uber juga merugikan dari sisi tarif batas. Taksi Uber mematok tarif yang lebih rendah. "Mereka berani banting harga rendah," ujarnya.

Namun, para sopir taksi resmi seperti Syam tak dapat berbuat apa-apa. "Kita enggak bisa marah karena punya rasa kemanusiaan juga. Cuma, kita minta, mereka terdaftarlah seperti kita," ujar pria yang sudah bekerja sebagai sopir taksi warna biru hampir lima tahun ini. 

Syam menambahkan, ada pula kasus mobil gelap lain yang beroperasi sembunyi-sembunyi. Contohnya, mobil gelap asal Cileungsi dan Bogor, yang mengangkut penumpang kantoran pada pagi hari. 

Modus ini sama seperti mobil omprengan malam. "Belum lagi sekarang banyak mobil feeder tetapi resmi dari perumahan-perumahan, seperti dari Cikupa," kata dia.

Sementara itu, sopir taksi lainnya, Fuad (46), meminta agar Uber mendaftarkan diri dulu operasinya ke pemerintah. Namun, sebagai sopir baru, Fuad belum begitu khawatir dengan keberadaan Uber. 

"Harapannya izinnya saja yang dilengkapi. Kalau di jalan persaingan kan tergantung pelayanan," ujar Fuad. 

Senada dengan Fuad, Martin (30), sopir taksi lainnya, yakin masyarakat akan memilih taksi resmi. Sebab, kata dia, masyarakat akan memikirkan sisi keamanannya. 

"Kalau seperti kita, penumpang barang ketinggalan, kan jadi tanggung jawab kita pengemudi. Kita harus kembalikan, sama seperti taksi resmi lainnya. Tetapi, kalau taksi gelap kan belum tentu. Artinya, taksi resmi dari sisi keamanannya lebih baik," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com