Seorang warga Bintaro, P (31), menceritakan istrinya RA (26) sempat dirawat di sana selama seminggu karena penyakit demam berdarah dengue (DBD). Namun, selama mendapat perawatan di sana, P harus bolak-balik untuk membeli obat dari luar.
"Obat untuk penyakit istri tidak tersedia di rumah sakit tersebut, jadi disarankan untuk beli di luar," ujarnya di Jakarta, Senin (6/7/2015).
Ia tidak mengingat secara detail obat apa yang harus dibelinya. Namun, bagi dia biaya yang dikeluarkan cukup mahal yaitu mencapai Rp 2.327.000. Obat-obatan itu adalah untuk penyakit DBD.
P mengaku istrinya tidak menggunakan fasilitas BPJS, melainkan menggunakan biaya sendiri. Selain obat, P juga harus membayar biaya rawat inap selama empat hari yakni mencapai Rp 750.000.
Ruang rawat inap di RSUK Pesanggrahan tersedia dalam satu kelas, yakni kelas III. Satu ruangan terdiri dari enam tempat tidur.
Saat disambangi Kompas.com pada Senin pagi, kondisi apotek di rumah sakit tersebut tampak cukup sepi. Tidak ada pasien yang hendak menebus obat di loket apotek.
Menurut seorang petugas rumah sakit yang tidak mau disebutkan namanya, stok obat DBD di RSUK Pesanggrahan saat ini sedang habis. "Memang habis, karena kan stok obat dari Dinas Kesehatan," ucap wanita paruh baya itu.
Dikonfirmasi terpisah, pihak pelayanan umum RSUK Pesanggrahan, Suwidodo, membantah hal itu. Menurut dia stok obat di rumah sakit itu masih cukup sampai Lebaran nanti.
Ia juga membantah bahwa pasien perlu membeli di luar bila obat yang diingin tidak tersedia di rumah sakit itu. Ia menjelaskan, bila RSUK Pesanggrahan tidak bisa menangani, termasuk soal obat, pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar, seperti RSUD Pasar Rebo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.