Mereka menilai, kebijakan Dikti yang membuat ujian kompetensi hanya untuk sebagai senjata mendapatkan uang, bukan untuk kepentingan pendidikan.
"Kami tidak butuh pengakuan Dikti, kita tidak takut kompetensi. Kami hanya butuh ijazah kami untuk bisa mengabdi pada masyarakat. Dikti telah merampas hak kami karena membuat kami tidak bisa berbakti pada nusa dan bangsa," kata salah satu orator PDMI dari atas mobil bak terbuka.
Sekitar lima puluhan partisipan dokter mengikuti unjuk rasa ini mewakili 40 fakultas kedokteran di Indonesia. Mereka mengenakan jas putih khas dokter serta mengenakan pita hitam di lengan bagian kanan.
Sejatinya, aksi PDMI ini sudah keempat kalinya dilakukan. Namun, suara mereka yang ingin mendapatkan ijazah belum juga didengar oleh pemerintah.
"Sebenarnya sudah ada uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga profesi dokter yang lebih kompeten. Namun Kemenristek ingin mengambil alih agar dana pendaftaran ujian hingga dapat diserap semua oleh mereka."
"Kami ingin Jokowi memberikan hak kami ijazah kami. Negara telah gagal memberikan hak kami agar tenaga medis dapat melayani masyarakat," kata Bayu dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, salah satu perwakilan PDMI, Senin (7/9/2015).
Pengamatan Kompas.com, pengamanan aksi ini relatif tidak ketat. Hanya belasan petugas kepolisian yang tampak berjaga mendampingi aksi tersebut. Situasi lalu lintas di sepanjang jalan Medan Merdeka Utara juga tampak normal meski aksi tersebut terus berlangsung hingga tengah hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.