Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenari di Bataviasche Weg

Kompas.com - 08/09/2015, 06:00 WIB

KOMPAS - Sebelum milenium kedua Masehi, deretan pohon kenari ("Canarium amboinense") di Jalan Ahmad Yani, Tanah Sareal, Kota Bogor, masih amat rimbun. Di tepi jalan yang di era kolonial bernama Bataviasche Weg itu masih tersisa rumah kuno yang tampak begitu asri, nyaman, dan tentu bersejarah.

Mereka yang lahir di Kota Bogor sebelum 1980 dan doyan keluyuran tentu masih ingat deretan pohon kenari, antara lain di Jalan Ahmad Yani. Setiap musim buah kenari, selalu membawa kegembiraan. Selain keteduhan dan ibarat menembus lorong dimensi lain karena tajuk yang begitu rapat, buah-buah yang jatuh dari pohon adalah rezeki dan kenikmatan tersendiri bagi penemunya.

Buah kenari dikepruk dengan batu dan kacang di dalam yang gurih renyah menjadi penyempurna saat menikmati jajan es serut. Bagi para perajin, buah kenari dikeringkan dan dijadikan cendera mata khas "Kota Hujan" yakni gantungan kunci yang diukir atau diberi hiasan mata dan biasa dijual antara lain di gerbang utama Kebun Raya Bogor. Saat ini, cendera mata dari buah kenari kian sulit didapat.

Pada masa lalu, sebelum 1970, Jalan Ahmad Yani bernama Jalan Jakarta diduga pengindonesiaan dari Bataviasche Weg. Nah, deretan pohon kenari itu adalah pembatas jalan dan hamparan kebun karet. Pada masa kolonial, prasarana itu merupakan pengembangan Jalan Raya Pos peninggalan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.

"Dulu memang pohon kenari itu batas jalan sama kebun karet," kata Mariah (59), warga dan penjual karedok dan gado-gado khas Sunda di Gang Sapin, Jalan Ahmad Yani, Jumat (4/9). Mariah masih ingat asyiknya bermain di kebun karet, mengagumi rumah mewah era kolonial, atau menikmati suasana kawasan yang masih sangat teduh dan tenang.

Sisi barat jalan pada masa kolonial merupakan kebun karet dan arena pacuan kuda. Produksi karet terutama untuk menyuplai pabrik ban Good Year yang berdiri pada 1935. Mariah mengatakan, pada masa lalu, memang ada arena pacuan kuda. Kalangan warga Gang Sapin adalah keturunan Sapin, pereparasi pelana dan sepatu kuda.

Namun, selepas kemerdekaan, kebun karet dan arena pacuan berganti menjadi kawasan bangunan akibat penerapan kebijakan penataan struktur kepemilikan dan penguasaan tanah (land reform). Saat ini, bekas kebun dan arena itu menjadi Kompleks Stadion Pajajaran, pemukiman elite nan mewah, gedung aparatur pemerintah, dan kompleks sekolah.

Sejumlah bangunan peninggalan era kolonial di sisi barat jalan yang kini masih bertahan antara lain Wisma Keuskupan Bogor. Deretan bangunan tua lebih banyak berada di sisi timur jalan. Kini, rumah-rumah kolonial itu sudah banyak yang hilang. Yang ada pun beralih fungsi jadi restoran, kafe, kedai, apotek, kantor, bahkan bengkel.

Dari situs http://media-kitlv.nl/, ada foto bertahun antara 1937-1942 dan berketerangan "Familie G.M.G. Douwes Dekker voor een huis aan de Bataviasche weg te Buitenzorg". Sayang, rumah yang dimaksud tidak bisa diketahui lagi apakah masih ada atau sudah tidak berbekas di Jalan Ahmad Yani.

"Waktu saya kecil, ada rumah di Jalan Jakarta dulunya yang ninggalin orang bule," kata Neneng Suketi (53), warga dan guru SD Negeri Tanah Sareal 1. Neneng masih ingat deretan pohon kenari dan rumah era kolonial adalah lanskap yang elok untuk dilihat dan dinikmati.

Di belakang deretan rumah kolonial ialah permukiman warga pribumi dan hamparan kebun kelapa. Permukiman dan kebun membentang sampai sempadan Ciliwung. Saat ini, kebun telah menjadi permukiman warga.

Persembahan

Buku Srihana-Srihani: Biografi Hartini Sukarno mengungkapkan, di Jalan Jakarta (Jalan Ahmad Yani), pada 7 Juli 1965, Soekarno mempersembahkan sebuah rumah indah kepada Hartini sebagai bukti cinta mereka. Rumah itu kini tidak terawat.

Padahal, rumah itu dibangun dalam pengawasan Soekarno dengan arsitek Soedarsono. Griya yang berdiri pada lahan seluas 1.200 meter persegi dan memiliki 16 kamar itu dinamai Srihana-Srihani. Srihana ialah nama samaran Soekarno, sedangkan Srihani ialah nama samaran Hartini.

Pada 1972, lahan dan rumah itu dibeli oleh keluarga Hasan Sastraatmadja, pendiri surat kabar Nusantara. "Mungkin warga Bogor tidak banyak yang tahu bahwa di Jalan Ahmad Yani ada sebuah rumah persembahan Soekarno untuk Hartini," kata Adenan Taufik, budayawan Bogor.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Megapolitan
Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Megapolitan
Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Megapolitan
Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Megapolitan
417 Bus Transjakarta Akan 'Dihapuskan', DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

417 Bus Transjakarta Akan "Dihapuskan", DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

Megapolitan
Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Megapolitan
Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com