Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Pemprov DKI Terus Beri Penyertaan Modal untuk BUMD Tiap Tahun?

Kompas.com - 20/09/2015, 09:03 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Heru Budi Hartono menjelaskan bahwa beberapa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) memang harus menerima penyertaan modal pemerintah (PMP) dari Pemerintah Provinsi DKI tiap tahun. Masing-masing BUMD pun memiliki alasan berbeda-beda yang membuat mereka harus mengajukan PMP tiap tahunnya.

Hal tersebut bertujuan menjawab pertanyaan anggota Badan Anggaran DPRD DKI Bestari Barus terkait alasan BUMD selalu meminta PMP tiap tahunnya. Padahal, menurut Bestari, mereka tidak pernah bisa dengan optimal melakukan penyerapan.

"Kalau PT MRT kan memang diberikan dari tahun ke tahun, dana pendampingan ada, mereka dapat dana dari pemerintah pusat juga ada. Nah uangnya dari pusat sana, kita harus kasih dong karena pemberiannya lewat kita," ujar Heru ketika dihubungi, Minggu (20/9/2015).

Sementara untuk Bank DKI, Heru mengatakan BUMD itu sedang mematangkan rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Berdasarkan perda induk, kata Heru, Bank DKI membutuhkan Rp 15 triliun jika ingin IPO. Sehingga, Pemprov DKI harus memberikan penyertaan modal agar target IPO tercapai.

"Bank DKI dalam perda induknya harus mencapai Rp 15 triliun kalau sampai mau IPO. Tujuannya kita ke sana, berarti kita masih ada utang dong. PMP harus diberikan," ujar Heru.

Bukan hanya soal target IPO, Heru juga mengatakan sejauh ini Bank DKI menjadi BUMD yang memberikan deviden terbesar untuk Pemprov DKI yaitu Rp 150 miliar. Meskipun, kata Heru, seharusnya Bank DKI bisa memberi lebih dari itu.

Heru pun menjamin bahwa pemberian PMP terhadap Bank DKI juga tetap mempertimbangkan kinerja mereka. Jika Pemprov DKI jadi memberikan penyertaan modal hingga Rp 1 triliun kepada Bank DKI, mereka harus mampu menyelesaikan berbagai persoalan. Persoalan itu, antara lain, jumlah non performing loan (NPL) atau kredit macet.

"Sehingga kalau kita kasih Rp 1 triliun, mereka harus berkinerja baik. Contohnya dengan mewujudkan permintaan Gubernur tentang e-money, sistem cashless dan peningkatan sistem teknologinya," ujar Heru.

Untuk PT Transjakarta, Heru mengatakan bahwa PMP kepada mereka harus dilakukan. Sebab, berbeda dengan BUMD lainnya, PT Transjakarta selalu melakukan belanja tiap hari untuk operasional bus mereka. Belum lagi adanya public service obligation (PSO) yang digunakan untuk menyubsidi tiket masyarakat.

"Karena mereka kan pelayanan umum, kalau enggak dikasih PMP nanti enggak jalan dong," ujar dia.

Sementara untuk PT Jakarta Propetindo, Heru mengatakan proyek yang dikerjakannya begitu banyak. Dari proyek mercusuar hingga apartemen yang akan digunakan untuk penginapan atlet saat Asian Games.

"PMP Rp 1 triliun itu enggak cukup (untuk PT Jakpro), makanya tahun depat dia dapat PMP lagi," ujar Heru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Megapolitan
Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Megapolitan
Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Kuasa Hukum Bantah Pegi Pakai Nama Samaran “Robi’ dan “Perong”

Kuasa Hukum Bantah Pegi Pakai Nama Samaran “Robi’ dan “Perong”

Megapolitan
Kaesang Pangarep dan Istrinya ke Tangerang, Nonton 'Baku Hantam Championship'

Kaesang Pangarep dan Istrinya ke Tangerang, Nonton "Baku Hantam Championship"

Megapolitan
Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Megapolitan
Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Megapolitan
Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com