Sepanjang mata memandang, jutaan ikan mati memenuhi pantai sehingga menimbulkan aroma tak sedap.
Beberapa belas meter dari garis pantai, Susi juga melihat ikan-ikan bandeng mengambang terombang-ambing ombak laut pantai utara.
Sekitar 100 meter dari pantai, Susi pun melihat sebuah perahu dengan dua orang penumpangnya tengah memunguti ikan-ikan mati itu dengan jaring kecil, kemudian memasukkannya ke kantong plastik yang dibawanya.
Susi buru-buru membawa anaknya, Saskia (3), menjauh dari garis pantai. Sang anak yang merengek ingin berenang pun tak digubrisnya lagi.
"Bagaimana, ya. Anak saya merengek-rengek mau ke pantai untuk berenang. Nah, sampai di sini saya lihat banyak polisi sedang mengangkut ikan mati di pinggir pantai."
"Saya tanya, kenapa bisa mati ikannya. Kata polisi, air laut tercemar limbah beracun. Anak saya langsung saya gendong karena dia mau lari main air. Takut anak saya keracunan," ujarnya.
Binopsal Ditpolair Polda Metro Jaya AKBP Dramayadi menduga, limbah beracun berbahaya menjadi penyebab ikan-ikan itu mati.
"Beberapa hari lalu, kami mendapat informasi ada kelainan air laut di sini (Ancol). Airnya berwarna cokelat. Kami kebetulan patroli melihat air cokelat itu."
"Tak jauh dari air yang kecokelatan itu beberapa jenis ikan banyak mati. Kami menduga, kejadian ini karena limbah yang mengandung racun," katanya di Pantai Ancol.
Dramadi sempat mengimbau seluruh pengunjung agar dalam satu dua minggu ini tidak berenang. (m2/suf/ote)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.