Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Maksud Ahok dengan Banjir Jakarta sebagai Sabotase?

Kompas.com - 01/03/2016, 17:23 WIB
Kurnia Sari Aziza,
Alsadad Rudi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kerap menyebut bahwa banjir di Ibu Kota akibat sabotase segelintir oknum. Ahok mengatakan, sudah banyak bukti tentang upaya segelintir oknum untuk membuat Jakarta banjir.

"Iya dong, saya anggap seperti itu (sabotase)," kata Ahok di Balai Kota, Selasa (1/3/2016).

Ia mencontohkan banjir yang merendam kolong Dukuh Atas, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. Ahok menyebut banjir itu terjadi karena pompa air di sana rusak dan saat bersamaan  kamera pengawas atau CCTV mati.

"Terus kolong Semanggi-Gatot Subroto pernah tenggelam karena semua tali airnya dikasih konblok," kata Ahok.

Baca: Kadis Tata Air Sebut Hampir Semua Saluran Air di Jakarta Terganggu.

Kasus terbaru, pekerja harian lepas (PHL) Suku Dinas Tata Air Jakarta Pusat menemukan banyak bungkus kabel di saluran air di Jalan Medan Merdeka Selatan.

Modus itu juga pernah dilakukan tahun 2014 di Jalan Medan Merdeka Barat. Akibatnya, jalan di sekitar daerah itu tergenang.

"Nah, terus masukin kawat kabel begitu banyak, itu jelasinnya gimana coba? Iseng amat kamu gitu lho," kata Ahok. 

Baca: Jumlah Tumpukan Kulit Kabel di Selokan Jalan Medan Merdeka Bertambah Jadi 12 Truk.

Ahok menampik bahwa sabotase itu dilakukan untuk menjegalnya pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.

Pekan lalu, Ahok mengatakan, dirinya sering ditertawakan orang karena kebiasaannya mengaitkan timbulnya banjir dengan sabotase. Ia menegaskan, dirinya tak asal bicara.

Menurut dia, dugaan adanya sabotase itu bermula dari terjadinya banjir di Jakarta Utara awal 2015. Saat itu banjir terjadi karena tidak berfungsinya pompa air di Waduk Pluit setelah dimatikannya aliran listriknya oleh PLN.

"Ini yang saya bilang sabotase. Tapi saya diketawain," kata Ahok saat acara peresmian Kantor Satrolda Ditpolair Polda Metro Jaya, Penjaringan, Jakarta Utara, Januari lalu.

Ahok mengemukakan, tahun 2015 itu, sejumlah orang mendatanginya. Mereka meminta dia menandatangani surat permohonan status darurat banjir. Jika Ahok menandatangani surat tersebut, institusi yang menangani masalah banjir bisa langsung menggelontorkan dana hingga Rp 57 miliar.

"Itulah kenapa saya bilang sabotase, saya tidak mau sebut, tapi adalah beberapa orang yang menemui saya minta tanda tangani darurat banjir. Saya bilang enggak bisa," kata dia.

"Kalau saya tanda tangani, berarti yang menangani banjir bisa mengeluarkan uang Rp 57 miliar untuk bantuan-bantuan yang tidak bisa kita lacak," lanjut Ahok ketika itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Megapolitan
DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com