JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2016 seharusnya menjadi tahun Masjid Amir Hamzah di Taman Ismail Marzuki rampung dibangun kembali. Namun kenyataannya, hingga kini belum satu pilar pun dipasang.
"Saya ingat waktu itu Ramadhan 2013 dibongkar, senang dong karena katanya akan dibangun yang baru. Tapi ya cuma janji aja, mestinya selesai tahun ini tapi belum dibangun juga," kata Panji (60), marbot atau penjaga masjid Amir Hamzah kepada Kompas.com, Minggu (3/4/2016).
Masjid ini diresmikan oleh Ali Sadikin pada tanggal 7 Januari 1977. Dinamai Amir Hamzah, untuk mengenang sastrawan Amir Hamzah yang kini menjadi pahlawan nasional. Masjid Amir Hamzah yang menjadi pusat ibadah di Taman Ismail Marzuki ini dibongkar karena lokasinya digunakan sebagai Gedung Art Cinema Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta.
Namun gedung baru rampung dibangun, Masjid Amir Hamzah tak kunjung dipulihkan juga. Sejak dirobohkan pada Agustus 2013, Masjid Amir Hamzah dipindah ke lokasi sementara di sudut basement Teater Jakarta.
Untuk menuju lokasi ini, pengunjung harus masuk melalui bangunan kaca di samping Teater. Setelah menuruni 27 anak tangga, pengunjung akan sampai di basement tempat parkir mobil dan motor.
Dari situ, terdapat tempelan kertas yang mengarahkan ke masjid. Selayaknya basement, masjid terasa panas meski empat buah kipas angin dipasang di pipa-pipa yang mengatapi basement. Mobil, motor, dan rongsokan barang menghiasi area masjid. Sering diprotes jemaat karena dianggap tak laik.
"Kalau ada acara besar kan banyak yang cari masjid. Itu ibu-ibu yang kritis suka protes kenapa masjid kok gini amat, kiblat menghadap kamar mandi tempat buang kotoran, panas, kotor, sempit, tapi mau bagaimana lagi? Saya di sini akhirnya bertugas menjelaskan situasi dan masalahnya," kata Panji.
Panji sudah merawat Amir Hamzah sejak 1997. Ia menceritakan pada awalnya diangkat sebagai tenaga honorer oleh Badan Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ). Ketika tahun lalu pengelolaan dialihkan menjadi Unit Pengelola PKJ di bawah Pemprov DKI Jakarta, Amir termasuk dalam 38 karyawan yang dirumahkan.
Pengalihan kepengelolaan itu berbuntut pada kepengurusan masjid. Hingga kini, kepengerusan belum terbentuk. Kendati telah di-PHK, Panji mengaku tidak bisa begitu saja meninggalkan rumah yang telah dihuninya selama hampir 20 tahun itu.
"Saya memang sebenarnya ingin pensiun. Tapi sementara karena masih dibutuhkan ya saya di sini. Kasihan nanti tidak ada yang ngurus," ucap Panji.
Panji mengaku meski sejak awal Masjid Amir Hamzah bukanlah masjid yang megah, namun masjid tersebut menjadi saksi kolaborasi kesenian dan keagamaan. (Baca: Nasib Masjid Amir Hamzah TIM Kini...)
"Ya biarpun masjidnya dulu agak kumuh, jemaatnya suka solat pakai celana sobek-sobek, tapi lumayan lah. Tiap Ramadhan kita adakan buka puasa bersama anak yatim, mereka kita suruh lomba gambar bebas sambil nunggu berbuka," kenang Panji.
"Persembunyian" mahasiswa
Kenangan yang sama juga dirasakan oleh Batara (22), mahasiswa IKJ. Batara adalah anggota Mimazah atau Mahasiswa Mahasiswi Masjid Amir Hamzah, sebuah unit kegiatan mahasiswa yang telah ada sejak tahun 80an.
"Kita kan dulu sering ngerjain tugas di masjid, ngegambar, sampai tengah malam juga," kata Batara.