JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Elly Adriani Sinaga mengatakan Kementerian Perhubungan berencana mendorong penumpang pesawat terbang untuk menggunakan transportasi massal. Rencana itu muncul karena adanya peningkatan jumlah penumpang di Bandara Halim Perdanakusuma dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, terutama setelah pengoperasian Terminal 3 Ultimate.
Elly mengungkapkan itu dalam sebuah diskusi terkait pelayanan angkutan bandara yang digelar BPTJ, Rabu (8/6/2016). Dalam diskusi itu, hadir juga perwakilan Dinas Perhubungan wilayah Jabodetabek, Direktorat Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, hingga Menko Perekonomian, dan bersama-sama merencanakan konsep angkutan bandara yang terpadu.
"Kalau di luar negeri itu kan biasa orang keluar bandara pasti disambut bus, kalau di sini keluar bandara ketemunya taksi," kata Elly.
Untuk angkutan bandara sendiri, selama ini baru dilayani oleh Damri, dan sejumlah operator lain seperti Agra Mas, Hiba Utama, Primajasa, Sinar Jaya, dan Megah Langgeng dengan rute yang terbatas.
Damri sebagai operator khusus bandara mengatakan tiap tahunnya memprediksi mengangkut 7.936.032 penumpang dari Bandara Soekarno-Hatta. Jalur darat menggunakan bus yang tersedia saat ini tidak cukup untuk meningkatkan angkutan bandara.
Elly mengatakan, rencana kereta api ke bandara juga akan menyerap banyak penumpang. Dengan berbagai jenis moda transportasi, Elly menekankan nantinya transportasi akan terintegrasi dan berstandar internasional.
"Angkutan pelan-pelan ada peningkatan dan penambahan, tapi masih misah-misah. Harusnya kan semua terintegrasi. Integrasi ini yang kami coba wujudkan tidak hanya fisik, tapi juga jadwal dan pembayaran," ujarnya.
Elly lalu mencontohkan Terminal Poris Plawad, dan Stasiun Batu Ceper, Tangerang. Kereta menuju Bandara Soekarno-Hatta nantinya akan melalui Batu Ceper. Namun, antara terminal dengan stasiun tidak terintegrasi. Keduanya berada di tempat yang cukup berjauhan.
Selain itu dalam hal jadwal, jika nanti antarmoda sudah terintegrasi fisiknya, jadwal perlu disesuaikan. Hal ini untuk membuat perjalanan ke bandara tepat waktu.
Lalu dalam hal pembayaran, Kementerian Perhubungan bersama Otoritas Jasa Keuangan dianggap perlu merumuskan satu metode pembayaran yang mencakup berbagai moda.
"Tiket malah kebanyakan bikin sendiri-sendiri. Kami upayakan punya e-money dengan satu tiket semua moda bisa," kata Elly.
Sementara itu, pakar transportasi Universitas Indonesia Ellen Tangkudung menyarankan agar segera dilakukan percepatan untuk pembangunan kereta api ke bandara. Sedangkan untuk bus perlu diperbaiki sarana informasinya agar penumpang dari bandara, terutama turis asing, dapat terlayani.
"Harus diperbaiki kebutuhannya, dikaji ada di mana penumpang. Harus mencari titik di mana saja bisa menjemput penumpang, sehingga penumpang merasa dilayani dengan baik," kata Ellen.
Diperkirakan, perencanaan konsep angkutan bandara terpadu ini akan rampung usai Hari Raya Idul Fitri atau sekitar Juli 2016.