JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam memadamkan api, petugas pemadam kebakaran tak pernah membedakan-bedakan kawasan elite atau permukiman kumuh.
Setidaknya demikian yang disampaikan Tarji, seorang petugas pemadam kebakaran dari Sektor 2 Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
"Kami tidak punya skala prioritas. Secepat mungkin kami capai, apakah itu kawasan elite atau daerah permukiman warga," ujar Tarji kepada Kompas.com, Jumat (8/7/2016).
(Baca juga: Cerita Para Pemadam Kebakaran, dari Dicurigai Bawa Bensin hingga Padamkan Api di Kalijodo)
Laki-laki yang bertugas sebagai pemadam kebakaran selama 30 tahun ini menepis anggapan yang menyebutkan bahwa pemadam kebakaran bereaksi lebih cepat ketika memadamkan api di kawasan elite dibandingkan dengan kawasan kumuh atau kawasan padat penduduk.
Tarji pun menegaskan bahwa anggapan itu salah. Pihaknya tak pernah membedakan lokasi terjadinya kebakaran.
Diakui Tarji, memadamkan kebakaran di kawasan elite lebih mudah dibandingkan di kawasan padat penduduk.
Sebab, menurut dia, akses di kawasan elite yang luas dan cenderung terbuka itu memudahkan petugas untuk masuk ke lokasi kebakaran.
Selain itu, mayoritas bangunan di perumahan elite menggunakan beton atau bahan yang membuat api tidak cepat merambat.
(Baca juga: Kemacetan Jadi Kendala Pemadam Kebakaran Saat Ingin Padamkan Api)
Sementara itu, di kawasan kumuh, banyak warga yang menghalangi jalan petugas ke lokasi kebakaran. Belum lagi kendaraan yang parkir sembarangan di bahu jalan.
Tarji juga mengatakan, bangunan di daerah kumuh padat menduduk mayoritas menggunakan kayu yang membuat api cepat merambat.
Selain itu, lanjut dia, masih ada anggapan di masyarakat bahwa petugas pemadam kebakaran harus dibayar.
"Itu pemikiran yang salah, enggak usah takut. Petugas itu gratis. Namun, kalau kamu telepon, kami akan telepon balik untuk memastikan benar terjadi kebakaran. Soalnya, ada saja orang iseng yang nelfon kalau ada kebakaran, padahal tidak ada," ujar Tarji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.