Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rachmawati: Indonesia Mundur dari Cita-cita Pendiri Bangsa

Kompas.com - 06/10/2016, 22:03 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pendiri Yayasan Bung Karno dan Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS), Rachmawati Soekarnoputri menilai Indonesia mundur dari cita-cita pendiri bangsa melawan neo kolonialisme dan imperialisme.

Putri Presiden pertama RI Soekarno itu berpendapat, Indonesia saat ini terperangkap dalam jebakan konstitusi berbau liberalisme. Sehingga, pola suksesi kepemimpinan di Indonesia bersifat transaksional.

"Pola suksesi yang dilahirkan ideologi kapitalisme ini bersifat sangat transaksional," ujar Rachmawati usai menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Politik dari Universitas Kim Il Sung, Korea Utara di Hotel Park Line, Jakarta, Kamis (6/10/2016).

(Baca: Rachmawati: Gelar Doktor Honoris Causa Tindak Lanjut Persahabatan Soekarno dan Kim Il Sung)

Menurut Rachmawati, berkembangnya ideologi kapitalisme ini ditandai dengan maraknya kasus korupsi. Kapitalisme, kata adik kandung Megawati Soekarnoputri ini, erat kaitannya dengan kejahatan luar biasa itu.

"Kapitalisme itu inheren dengan korupsi. Jadi ini salah satu tanda bahwa Indonesia mengalami kemunduran jauh dari cita-cita the founding fathers," ucap Rachmawati.

Atas dasar itu, Rachmawati meminta Indonesia kembali pada Undang-undang Dasar 1945 serty- menerapkan prinsip Trisakti yang didengungkan Soekarno.

"Bagaimana berdaulat dalam bidang politik, berdaulat dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam bidang kebudayaan. Tidak hanya di mulut, tapi dalam praktik kerja nyata," kata Rachmawati.

Rachmawati juga mengatakan, Indonesia seharusnya memperkuat kerja sama dengan Korea Utara dalam melawan hegemoni dan imperialisme.

(Baca: Rachmawati Soekarnoputri Terima Gelar Doktor "Honoris Causa" dari Korea Utara)

Pasalnya, menurut Rachmawati, Korea Utara merupakan negara yang konsisten dalam melawan dua hal tersebut.

"Saya melihat bahwa dari banyak negara, Korea Utara adalah negara yang konsisten melawan hegemoni dan imperialisme. Itu sangat konsisten," ucap Rachmawati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com