Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Lindungi Anak-anak dari Kelompok Minoritas

Kompas.com - 19/11/2016, 20:01 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah dan masyarakat dinilai berperan penting dalam memberikan perlindungan kepada anak, terutama dari kelompok minoritas.

Hal itu menjadi pokok bahasan dalam Refleksi 26 Tahun Konvensi Hak Anak yang diselenggarakan Forum Dialog Antaragama untuk Kesejahteraan Holistik Anak (Fordakha) di Hotel Morrisey, Jakarta, Sabtu (19/11/2016).

"Penanganan konflik sosial atau konflik orang dewasa sering melupakan kondisi anak. Akibatnya, anak jadi korban berlapis, karena tidak mendapat haknya, termasuk fasilitas yang diberikan pemerintah," ujar koordinator Fordakha, Ilma Sovri Yanti.

Menurut Ilma, minoritas yang dimaksud tidak hanya terbatas pada kelompok agama atau kepercayaan tertentu, tetapi juga termasuk komunitas adat terpencil, bahkan anak-anak disabilitas.

Bahkan, minoritas juga terdapat pada kelompok yang terbentuk akibat adanya konflik. Misalnya, anak-anak yang orangtuanya yang mengalami konflik agraria, sehingga harus berpindah-pindah tempat.

Contoh lain, anak-anak dalam kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Karena kelompok tersebut tidak diterima oleh masyarakat mayoritas, penganut Gafatar terpaksa harus diasingkan dan berpindah-pindah tempat tinggal.

Terus anak-anak yang orang tuanya memiliki paham radikal dan dianggap sebagai keluarga teroris oleh masyarakat di lingkungannya.

"Ini mengganggu fungsi sosial, dan anak akan terganggu tumbuh kembangnya. Anak yang dikucilkan akan jadi anak pendiam yang tidak mampu melakukan sesuatu yang positif, atau bahkan timbul rasa dendam dan benci," kata Ilma.

Dalam hal ini, menurut Ilma, negara perlu memastikan anak-anak di kelompok minoritas mendapat hak yang sama dengan kelompok mayoritas.

Misalnya, hak mendapat kesehatan yang layak, pendidikan yang layak dan hak bersosialisasi dengan teman seusianya.

Masyarakat juga harus lebih peduli pada hak-hak anak untuk bertumbuh di lingkungan secara layak. Masyarakat harus menghindari pemberian label berupa stigma negatif kepada anak.

"Undang-undang Perlindungan Anak tidak hanya mengatur pemerintah pusat dan daerah, tetapi ada juga masyarakat dan keluarga. Semua punya tugas yang sama, hanya bagaimana bisa bersinergi," kata Ilma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com