TANGERANG, KOMPAS.com — Suara burung terdengar bersahut-sahutan di antara pepohonan rindang, Senin (9/1/2017), di suatu taman kawasan Kota Tangerang.
Sesekali terlihat burung-burung terbang dari satu dahan ke dahan lainnya. Pohon di taman itu terlihat subur.
Dedaunan hijau memanjakan mata. Rindang pepohonan membuat pejalan kaki di jalan setapak taman tersebut merasa nyaman.
Udara segar yang berasal dari pepohonan kian membuat betah siapa pun yang berada di taman itu.
(Baca juga: Ketika TPA Rawa Kucing Menjadi Tempat Bermain ...)
Namun, tahukah Anda bahwa taman itu dibangun di atas tumpukan sampah? Taman yang dibangun di bagian depan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Kota Tangerang, ini memiliki luas 1,2 hektar.
Pemerintah Kota Tangerang membangun taman tersebut dengan sejumlah fasilitas yang melengkapinya, mulai dari gazebo, lapangan futsal, saung, jogging track, kebun binatang mini, kolam ikan, hingga kolam resapan.
Keberadaan taman yang merupakan kompensasi Pemerintah Kota Tangerang terhadap masyarakat sekitar TPA Rawa Kucing ini kian menjauhkan kesan kumuh TPA.
"Dulu semua adalah tempat pembuangan sampah. Di dalamnya (bawah taman) itu sampah semua yang sudah kita ratakan dan tutup dengan tanah dan kita tanami pohon," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPA Rawa Kucing Diding Sudirman kepada Kompas.com di TPA Rawa Kucing, Tangerang, Senin.
Diding mengatakan bahwa ada proses dan teknik membuat taman di atas tumpukan sampah. Untuk menanam pohon berukuran besar, misalnya, petugas harus menggali sedalam 25 sentimeter kemudian menaruh sedikit tanah di galian tersebut sebelum pohon ditanam.
Langkah ini dilakukan agar pohon tak mati karena terkena langsung gas panas dari sampah. Sementara itu, untuk menanam pohon yang berukuran kecil, petugas tak perlu menggali terlalu dalam.
(Baca juga: Uniknya TPA Rawa Kucing Tangerang ...)
Menurut dia, proses ini tergolong berhasil dan menghasilkan taman dengan pemandangan hijau pepohonan. Kehadiran taman ini juga menjadi daya tarik sendiri, baik itu dari sisi wisata maupun edukasi.
Taman ini juga bisa menjadi pilihan masyarakat dalam berakhir pekan atau menikmati pagi dan sore.
Sementara itu, dari sisi edukasi, taman ini menjadi minat sekolah-sekolah sebagai tempat belajar merawat tanaman.
"Alhamdulillah untuk di taman ini hampir tidak ada lagi bau sampah. Jadi bisa menikmati taman dengan nyaman," kata Diding.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.