DEPOK, KOMPAS.com - Di tengah keramaian mobil angkutan umum yang parkir di Terminal Depok, Jawa Barat, terlihat beberapa gubuk kecil dari bambu. Tampak di salah satu gubuk dua orang laki-laki dan satu orang perempuan duduk di atas dipan.
Di sebelah kanan dipan tersebut terlihat sebuah rak tiga tingkat yang berisi puluhan jilid buku. Gubuk itu ternyata pernah digunakan sebagai rumah baca.
Rumah baca yang diberi nama Panter tersebut didirikan pada 2004 oleh komunitas Paguyuban Terminal alias Panter. Anggota komunitas ini terdiri dari kumpulan sopir, pedagang asongan, pedagang warung, dan kondektur.
Komunitas tersebut menaruh perhatian pada anak telantar yang ada di jalanan. Mereka ingin membina anak-anak ini agar tidak mendapat cap buruk lagi dari masyarakat.
"Anak jalanan sering kali “liar”. Mereka kerap melakukan perbuatan yang mengganggu saat mengamen. Tidak jarang mereka juga mencopet orang yang sedang lengah," Ketua (Panter), Agus Kurnia, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Anggota komunitas pertama-tama melakukan pendekatan kepada anak-anak jalanan agar bersedia dibina. Anak yang ditampung bervariasi usianya, mulai dari 3 hingga 18 tahun.
"Anak-anak tersebut ada yang berasal dari keluarga broken home, yatim piatu, atau dibuang oleh orangtuanya," ucap Agus.
Walaupun begitu, bagi anak jalanan yang masih ada orangtuanya, mereka sangat didukung untuk belajar di rumah baca. Para orangtua pun kerap datang ke rumah baca untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada Agus dan anggota komunitas lainnya.
Anggaran terbatas
Komunitas Panter membangun rumah baca ini dengan anggaran yang terbatas. Semua modal berasal dari anggota komunitas.
Namun, mayoritas buku berasal dari sumbangan. Ribuan buku tersebut disumbang oleh mahasiswa dan masyarakat. Bahkan, mereka pernah mendapat sumbangan buku dari daerah seperti Bali, Solo, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pengajar anak-anak tersebut juga merupakan mahasiswa yang menjadi relawan. Tiga orang pembina biasanya mengajar 15 anak. Pembelajaran pun dipisah antar kelompok usia.
Anak-anak tersebut diajarkan membaca, menulis, dan tata krama. Setelah mendapat pembinaan, mereka terlihat mengalami perubahan positif terutama dalam hal tingkah laku.
"Sekarang mereka lebih santun. Ketika mengamen, mereka menjadi banyak senyum dan tidak mengganggu orang-orang lagi Mereka juga rutin melakukan kerja bakti di daerah sekitar terminal setiap hari Jumat," kata Agus.