PALU, KOMPAS.com - Gempa bermagnitudo 7,4 dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, mengakibatkan bangunan rumah sakit di Kota Palu ambruk pada Jumat (28/9/2018) lalu.
Salah satunya bangunan Rumah Sakit Wirabuana, di Palu Timur.
Sebelumnya, Rumah Sakit Wirabuana Palu tidak difungsikan. Semua pasien berada di lapangan rumah sakit.
Koordinator Tim Medis Pemprov DKI Jakarta, Dokter Arsanto Triwidodo mengatakan, ia bersama timnya mengaktifkan kembali ruangan rumah sakit Wirabuana yang tadinya sempat tidak difungsikan akibat gempa.
Baca juga: Celoteh Anak-anak Korban Gempa Palu Yang Merindukan Sekolah (1)
Banyak perlengkapan medis di ruangan-ruangan Rumah Sakit Wirabuana yang sebenarnya masih difungsikan kembali untuk pasien saat itu.
“Saya kan memang tujuannya ke sini mendirikan rumah sakit darurat, jadi kita kontak terus untuk cari lokasi paling bisa memungkinkan, kita mendirikan rumah sakit darurat dan RS Wirabuana ini kandidat paling memungkinkan di tengah hancurnya beberapa fasilitas rumah sakit di Kota Palu, terlebih mereka memiliki genset dan air bersih untuk keperluan sterilisasi,” kata Arsanto, di Rumah Sakit Wirabuana, Palu Timur, Jumat (5/10/2018).
Saat tiba di Palu, Rabu (3/10/2018), pihaknya langsung bergerak cepat berkoordinasi dengan kepala rumah sakit tersebut, yang saat itu memang membutuhkan tenaga medis.
Sebab, tenaga medis di RS tersebut ada yang harus mengurus keluarganya yang juga jadi korban gempa.
Sejumlah korban gempa akhirnya berhasil ditangani tim kesehatan dari Pemprov DKI yang berjumlah 22 personel tersebut. Tim membangun tempat perawatan darurat di kawasan RS Wirabuana.
Baca juga: Cari Anaknya yang Hilang, Korban Gempa Palu Dapat Kabar Bayi-bayi Dibawa ke Poso
“Awalnya berantakan sekali pascagempa dan barang berserakan. Untungnya, kami kerjakan dengan cepat dan bisa bikin rumah sakit kecil lengkap, sehingga hari Kamis (4/10/2018) rumah sakit darurat ini dapat beroperasi,” ujar dia.
Setelah tim dokter membuka pelayanan, pasien yang sebelumnya hanya mendapat tindakan rawat inap dan penanganan manual, langsung mendapat tindakan operasi.
Sehingga, luka yang mereka derita dapat segera ditangani dan terhindar dari kemungkinan terkena infeksi.
“Hari pertama kita melayani 7 korban gempa dan hari ini 7 juga, per hari ini ada 12 yang sudah ditangani, dan terus berdatangan. Kebanyakan kami lakukan operasi penanganan patah tulang. Selain itu, kami juga membantu beberapa tindakan persalinan,” tutur dia.