JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, polisi memberikan uang senilai Rp 10 juta kepada keluarga Maulana Suryadi, pria yang tewas saat aksi unjuk rasa di sekitar Gedung DPR/MPR RI pada 25 September lalu.
Uang tersebut diberikan kepada ibunda Suryadi bernama Maspupah. Uang itu merupakan ungkapan belasungkawa dari pihak kepolisian.
"Kalau misalnya seseorang memberikan (uang) turut berduka boleh tidak? Boleh ya," kata Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (4/10/2019).
Baca juga: Satu Demonstran Tewas Saat Rusuh di Gedung DPR, Polisi: Tak Ada Kekerasan
Maspupah menyebutkan, polisi memberikan amplop berisi uang Rp 10 juta. Dia berkesimpulan itu merupakan uang duka. Maspupah menerima uang tersebut.
Argo mengatakan, Suryadi yang akrab disapa Yadi meninggal dunia karena penyakit asma. Pihak keluarga juga telah menandatangani surat berisi keterangan bahwa Yadi meninggal karena asma.
Jenazah Yadi disemayamkan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, sebelumnya akhirnya diambil pihak keluarga.
"Jadi, ibu kandung (Maspupah) sudah melihat jenazahnya. Yang bersangkutan melihat tidak ada lebam-lebam. Kemudian juga membuat pernyataan di surat bermeterai yang menyatakan memang almarhum ini mempunyai riwayat penyakit sesak nafas," ujar Argo.
Tim Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati sebelumnya juga memastikan tak ada tanda kekerasan pada jasad Yadi.
"Tidak ada faktor kekerasan pada jasad korban saat kami terima di kamar mayat," kata Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Pol Edi Purnomo di Jakarta, Kamis sore kemarin.
Satu-satunya petunjuk saat proses otopsi adalah ada pembengkakan pembuluh darah di bagian leher korban.
"Tapi memang ada pembesaran pembuluh darah di leher. Itu biasanya terjadi pada orang yang mengalami sesak nafas," katanya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan seorang demonstran tewas saat demonstrasi yang berujung kerusuhan di sekitar Gedung DPR/MPR pada pada Rabu pekan lalu.
Tito menegaskan, demonstran yang tewas itu bukan dari kalangan pelajar dan mahasiswa tetapi dari kelompok perusuh.
Kapolri juga membantah korban tewas karena tindakan represif aparat yang menangani kerusuhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.