Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Direlokasi Ke Pasar Klender, Pedagang Khawatir Pisangan Jadi Wilayah Tanpa Pisang

Kompas.com - 25/11/2019, 19:28 WIB
Dean Pahrevi,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan pedagang pisang di Jalan Pisangan Lama Raya, Kelurahan Pisangan Timur, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, akan direlokasi karena terimbas proyek Double-double Track (DDT) kereta api Manggarai-Cikarang.

Para pedagang sejatinya tidak menolak direlokasi karena adanya proyek tersebut. Mereka justru mendukung penuh proyek itu berjalan guna kepentingan nasional.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan lokasi baru untuk para pedagang pisang menjajakan dagangannya, yakni di lantai 2 Pasar Klender.

Namun, para pedagang keberatan untuk pindah ke Pasar Klender. Alasannya, lokasi pasar tersebut jauh dari lapak sebelumnya dan khawatir sepi pembeli.

"Kalau di lantai 2 Pasar Klender, di samping jauh, sepi pembeli, juga barang yang dijual kan pisang tandanan. Selain pisangnya harus diangkat ke lantai 2, yang beli juga harus angkat pisang tandanan dari lantai atas ke bawah. Ya imposible lah," kata Deden saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/11/2019).

Deden menjelaskan, pihaknya berharap agar Pemprov DKI memberikan lokasi berdagang baru yang layak dan tidak jauh dari lapak sebelumnya.

Sebab, menurut Deden, ratusan pedagang pisang yang sudah berjualan puluhan tahun di sepanjang Jalan Pisangan Lama Raya disebut telah menjadi pasar pisang terbesar di Jakarta.

Selain itu, menurut dia, nama wilayah Pisangan Timur identik dengan banyaknya pedagang pisang.

"Berpuluh-puluh tahun sudah wilayah Pisangan sangat identik dengan buah pisang dan apabila pasar pisang terbesar di Jakarta ini sudah tidak ada, wilayah ini dikhawatirkan menjadi 'Pisangan tanpa pisang'," ujar Deden.

Adapun para pedagang diberi waktu hingga akhir November 2019 untuk mengosongkan lapaknya.

Pemprov DKI sudah melakukan sosialisasi relokasi sejak 18 November lalu.

Terkait hal itu, para pedagang merasa waktu yang diberikan sangat mepet. Mereka juga berharap Pemprov DKI memberikan waktu lebih lama lagi untuk pedagang membongkar lapak yang sudah puluhan tahun digunakan untuk berjualan pisang itu.

"Kami juga hanya menyayangkan, tenggat waktu antara sosialisasi dan pengosongan tempat terlalu singkat, hanya 10 hari, karena sebelum-sebelumnya, proyek DDT mengalami penundaan beberapa kali bahkan sejak tahun 1998," ujar Deden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siswi SD Korban 'Bullying' di Depok Derita Luka di Punggung dan Kepala

Siswi SD Korban "Bullying" di Depok Derita Luka di Punggung dan Kepala

Megapolitan
Ibu yang Cabuli Anak Sempat Mau Dilaporkan Suami ke Polisi Usai Bikin Video

Ibu yang Cabuli Anak Sempat Mau Dilaporkan Suami ke Polisi Usai Bikin Video

Megapolitan
Polda Metro Cari Identitas Pemilik Akun FB yang Minta Ibu Muda Buat Konten Video Cabul

Polda Metro Cari Identitas Pemilik Akun FB yang Minta Ibu Muda Buat Konten Video Cabul

Megapolitan
Siswi SD di Depok Jadi Korban 'Bully' Pelajar SMP

Siswi SD di Depok Jadi Korban "Bully" Pelajar SMP

Megapolitan
2 Jukir Liar Peras Penjual Ayam Goreng, Tukar Uang Rp 400.000 tapi Minta Rp 2,5 Juta

2 Jukir Liar Peras Penjual Ayam Goreng, Tukar Uang Rp 400.000 tapi Minta Rp 2,5 Juta

Megapolitan
DPRD Minta Pemprov DKI Beri Edukasi Standar Kesehatan ke Juru Sembelih Hewan Kurban

DPRD Minta Pemprov DKI Beri Edukasi Standar Kesehatan ke Juru Sembelih Hewan Kurban

Megapolitan
Kasus Ibu Muda Cabuli Anaknya Sendiri, Polda Metro Jaya Periksa Suami Tersangka

Kasus Ibu Muda Cabuli Anaknya Sendiri, Polda Metro Jaya Periksa Suami Tersangka

Megapolitan
Polda Metro Periksa Kejiwaan Ibu Muda yang Cabuli Anak Kandungnya

Polda Metro Periksa Kejiwaan Ibu Muda yang Cabuli Anak Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Pemeras Penjual Ayam Goreng di Palmerah Ternyata Juru Parkir Liar

2 Pria Pemeras Penjual Ayam Goreng di Palmerah Ternyata Juru Parkir Liar

Megapolitan
Ganggu Pejalan Kaki, Pedagang Hewan Kurban di Trotoar Johar Baru Pindah Lapak

Ganggu Pejalan Kaki, Pedagang Hewan Kurban di Trotoar Johar Baru Pindah Lapak

Megapolitan
Polisi Tangkap 2 Pria Pemeras Penjual Ayam Goreng di Palmerah

Polisi Tangkap 2 Pria Pemeras Penjual Ayam Goreng di Palmerah

Megapolitan
Istri dan Tetangganya Keracunan Setelah Makan Nasi Boks, Warga Cipaku: Alhamdulillah, Saya Enggak...

Istri dan Tetangganya Keracunan Setelah Makan Nasi Boks, Warga Cipaku: Alhamdulillah, Saya Enggak...

Megapolitan
Nasi Boks yang Dibagikan 85 Kotak, tetapi Korban Keracunan di Bogor Ada 93

Nasi Boks yang Dibagikan 85 Kotak, tetapi Korban Keracunan di Bogor Ada 93

Megapolitan
Kasus Dugaan Penggelapan Uang oleh Suami BCL Tiko Aryawardhana Naik ke Penyidikan

Kasus Dugaan Penggelapan Uang oleh Suami BCL Tiko Aryawardhana Naik ke Penyidikan

Megapolitan
Korban Diduga Keracunan Makanan di Cipaku Bogor Mengeluh Nyeri Lambung, Diare hingga Demam

Korban Diduga Keracunan Makanan di Cipaku Bogor Mengeluh Nyeri Lambung, Diare hingga Demam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com