Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta: Warga Beringas Jarah Toko, Aparat Turun dari Helikopter Tembaki Penjarah

Kompas.com - 22/05/2021, 07:00 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bulan Mei 1998 tercatat sebagai salah satu momen paling kelam bangsa Indonesia.

Betapa tidak, Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 mencatat lebih dari 1.000 orang tewas sepanjang bulan itu di Ibu Kota.

Kerusuhan terjadi bertepatan dengan gencarnya tuntutan dari masyarakat agar Presiden Soeharto mundur dari jabatan yang sudah ia pegang selama lebih dari 32 tahun.

Peristiwa berdarah yang terjadi secara meluas di Jakarta ini tak terelakkan tatkala empat orang mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta Barat tewas tertembak peluru aparat pada 12 Mei 1998.

Laporan temuan TGPF Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 mengungkapkan bahwa peristiwa penembakan itu menjadi faktor pemicu (trigerring factor) kasus kerusuhan yang lebih besar.

Baca juga: Sejarah Hari Ini: 6 Tahun Lalu, Misteri Kematian Akseyna di Danau UI

Penjarahan

Salah satu saksi mata dalam kerusuhan tersebut, Wawan (bukan nama sebenarnya), mengatakan, semua toko di kawasan Jembatan Lima, Jakarta Barat, hancur dijarah massa.

"Saya masuk ke sebuah toko di daerah Jembatan Lima. Biasanya toko ini penuh barang elektronik. Hari itu ludes, kosong melompong. Pemiliknya bersembunyi mengunci diri beserta keluarganya di lantai dua," ujar Wawan.

Saat kejadian, ia masih duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah atas. Sekolahnya diliburkan karena kerusuhan.

“Sekolah diliburkan karena marak demonstrasi mahasiswa. Lupa saya sampai kapan, kayaknya sampai Soeharto lengser masih diliburkan,” ujar Wawan, dilansir dari Historia.

Baca juga: Sejarah Hari Ini: 12 Tahun Lalu, Peluru di Kepala Tewaskan Nasrudin Zulkarnaen, Seret Antasari Azhar

Aparat membabi buta

Menurut Wawan, aparat keamanan mencoba mengendalikan keamanan dengan cara keras. Para perusuh dihalau dengan rentetan tembakan.

"Pas di Jembatan Lima lagi banyak penjarah, ada helikopter mendekat. Nah, lalu keluar tuh orang-orang berseragam hitam (aparat keamanan) dengan menenteng senapan, meluncur pakai tali dari helikopter ke bawah. Massa langsung bubar,” ujar Wawan.

“Kalau di Glodok, ada tank dari arah Harmoni. Orang-orang berbaju hitam menembaki orang-orang yang sedang menjarah Glodok,” imbuhnya.

Pemerintah kemudian membentuk TGPF pada 23 Juli 1998.

TGPF terdiri dari unsur pemerintah, Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia Indonesia (Komnas HAM), LSM, serta organisasi kemasyarakatan.

Baca juga: Sejarah Hari Ini: Kecelakaan Maut Tugu Tani yang Renggut 9 Nyawa Pejalan Kaki

Tugasnya adalah menemukan dan mengungkap fakta, pelaku, dan latar belakang kerusuhan yang berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 13-15 Mei 1998.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Megapolitan
Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Megapolitan
Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Megapolitan
Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Megapolitan
417 Bus Transjakarta Akan 'Dihapuskan', DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

417 Bus Transjakarta Akan "Dihapuskan", DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

Megapolitan
Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Megapolitan
Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com