Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinkes DKI Sebut 41.000 Balita Terkena ISPA dalam Sebulan

Kompas.com - 29/08/2023, 16:49 WIB
Tria Sutrisna,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengungkapkan, sekitar 41.000 balita di Ibu Kota terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dalam sebulan.

Plt Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati mengatakan, kondisi ini karena balita merupakan kelompok rentan terkena penyakit, terutama saat kualitas udara kurang baik.

"Bayi dan balita kan kelompok rentan ya. Jadi tidak hanya terhadap ISPA tapi penyakit lain mereka juga rentan," ujar Ani kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (29/8/2023).

Baca juga: Heru Budi: Kasus ISPA di Jakarta Naik 31 Persen akibat Polusi, Banyak Pasien Balita

Berdasarkan data yang dimiliki Ani, terdapat kurang lebih 156.000 kasus ISPA di Jakarta pada Juni dan Juli 2023.

Sedangkan untuk Agustus 2023, masih proses pendataan oleh Dinas Kesehatan.

Dari 156.000 kasus ISPA setiap bulannya itu, kata Ani, sebanyak 41.000 pasien di antaranya merupakan balita.

"Jadi kalo bulan Juni misalkan 156.000, itu 41.000 balita," kata Ani.

Sebelumnya, Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengakui ada kenaikan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) untuk pasien balita di Ibu Kota akibat polusi udara.

Baca juga: Kasus ISPA Meningkat Jadi 200.000 di Jabodetabek hingga Agustus, akibat Polusi Udara

Namun, kenaikan yang terjadi beberapa waktu belakangan ini disebut tidak terlalu signifikan dan masih tertangani oleh puskesmas-puskesmas di Ibu Kota.

"Iya ada kenaikan. Tapi tetap ditangani oleh puskesmas, karena ISPA-nya kan masih ringan," ujar Heru Budi saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (29/8/2023).

Berdasarkan data yang dimiliki Heru Budi, terjadi kenaikan pasien ISPA mencapai 24 persen-31 persen dalam beberapa waktu terakhir. Banyak di antaranya yang merupakan pasien balita dan anak-anak.

"Ada kenaikan sedikit 24 sampai 31 persen khususnya balita. Jadi kami mengimbau anak-anak kecil kalau bisa keluar rumah bisa menggunakan masker," pungkasnya.

Untuk diketahui, kualitas udara di Jakarta masih buruk. Pada Selasa (29/8/2023) pagi, DKI menjadi kota dengan kualitas udara kedua terburuk di dunia.

Baca juga: Kasus ISPA di Wilayah Masih Standar, Wali Kota Tangsel: Bedanya, Saat Ini Penderitanya Anak-anak

Dikutip dari laman IQAir pukul 07.00 WIB, US Air Quality Index (AQI US) atau indeks kualitas udara di Ibu Kota tercatat berada pada angka 168.

Posisi pertama ditempati oleh Dhaka, Bangladesh, dengan indeks 169. Lalu, terburuk ketiga di dunia adalah Dubai, Uni Emirat Arab, dengan indeks 162.

Indeks kualitas udara hari ini tercatat lebih parah dibanding Senin (28/8/2023) yang di angka 149.

Konsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI Jakarta hari ini PM 2.5 dengan nilai 88,4. Konsentrasi tersebut 17,7 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Bakal Batasi Satu Alamat Rumah Maksimal 3 KK

Pemprov DKI Bakal Batasi Satu Alamat Rumah Maksimal 3 KK

Megapolitan
Suasana Haru Iringi Keberangkatan Jemaah Haji di Kota Bogor

Suasana Haru Iringi Keberangkatan Jemaah Haji di Kota Bogor

Megapolitan
Sudah Dievakuasi, Bangkai Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Dibawa ke Bandara Pondok Cabe

Sudah Dievakuasi, Bangkai Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Dibawa ke Bandara Pondok Cabe

Megapolitan
Tiga Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Dibawa Pulang Keluarga dari RS Polri

Tiga Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Dibawa Pulang Keluarga dari RS Polri

Megapolitan
Marak Kasus Curanmor di Tanjung Priok, Polisi Imbau Masyarakat Kunci Ganda Kendaraan

Marak Kasus Curanmor di Tanjung Priok, Polisi Imbau Masyarakat Kunci Ganda Kendaraan

Megapolitan
'Berkah' di Balik Sumpeknya Macet Jakarta, Jambret Pun Terjebak Tak Bisa Kabur

"Berkah" di Balik Sumpeknya Macet Jakarta, Jambret Pun Terjebak Tak Bisa Kabur

Megapolitan
Ibu di Tanjung Priok Dikira Penculik, Ternyata Ingin Cari Anak Kandung yang Lama Terpisah

Ibu di Tanjung Priok Dikira Penculik, Ternyata Ingin Cari Anak Kandung yang Lama Terpisah

Megapolitan
Dituduh Ingin Culik Anak, Seorang Ibu di Tanjung Priok Diamuk Warga

Dituduh Ingin Culik Anak, Seorang Ibu di Tanjung Priok Diamuk Warga

Megapolitan
KNKT Bakal Cek Percakapan Menara Pengawas dan Pilot Pesawat yang Jatuh di BSD

KNKT Bakal Cek Percakapan Menara Pengawas dan Pilot Pesawat yang Jatuh di BSD

Megapolitan
Mekanisme Pendaftaran PPDB di Jakarta 2024 dan Cara Pengajuan Akunnya

Mekanisme Pendaftaran PPDB di Jakarta 2024 dan Cara Pengajuan Akunnya

Megapolitan
Cerita Saksi Mata Jatuhnya Pesawat di BSD, Sempat Berputar-putar, Tabrak Pohon lalu Menghantam Tanah

Cerita Saksi Mata Jatuhnya Pesawat di BSD, Sempat Berputar-putar, Tabrak Pohon lalu Menghantam Tanah

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Megapolitan
Modus Maling Motor di Jakut, Cegat Korban di Tengah Jalan dan Tuduh Tusuk Orang

Modus Maling Motor di Jakut, Cegat Korban di Tengah Jalan dan Tuduh Tusuk Orang

Megapolitan
Detik-detik Terjatuhnya Pesawat Latih di BSD, Pilot Serukan 'Mayday!' lalu Hilang Kontak

Detik-detik Terjatuhnya Pesawat Latih di BSD, Pilot Serukan "Mayday!" lalu Hilang Kontak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com