JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat lingkungan Sony Teguh Trilaksono menilai, alasan dihentikannya pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter, Jakarta Utara, karena biaya investasinya terlalu tinggi tidak logis.
"Di 2023 dibatalkan dengan alasan yang menurut banyak pihak kurang logis, yakni nilai investasi dan biaya operasional terlalu besar," ucap Sony ketika dikonfirmasi, Selasa (2/4/2024).
Padahal menurut Sony, proyek pengelolaan sampah itu telah direncanakan cukup lama sejak 2009 hingga 2023 dan melibatkan lima gubernur, serta dikawal oleh Peraturan Presiden dan melibatkan lima lembaga terkait sekaligus.
Baca juga: Jakarta Darurat Sampah, Pengamat Minta Pembangunan ITF Sunter Dilanjut
"Meskipun telah dikawal pemerintah pusat menjadi proyek strategis nasional, namun tidak kunjung terlaksana,” sambungnya.
Sony juga menilai, dihentikannya pembangunan ITF Sunter menjadi salah satu bukti rendahnya komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam menjalankan program pengelolaan sampah terintegrasi.
“Terlepas dari pro kontra dan dugaan adanya kepentingan dari beberapa pihak, semua itu menunjukkan kurangnya sensitivitas para elit pimpinan terhadap upaya penyelesaian permasalahan yang telah lama membebani masyarakat terkait dampak pengelolaan sampah yang tidak kunjung dikelola secara profesional,” tegas Sony.
Secara nasional, berdasarkan data Sistem Informasi Pengolahan Sampah (SIPSN) KLHK 2023, telah terjadi penurunan timbulan sampah secara nasional.
Tahun 2022 tercatat timbulan sampah sebesar 37,4 Juta Ton. Namun, tahun 2023 menjadi 19,6 Juta Ton, dengan kontribusi terbesar masih dari DKI Jakarta dan Pulau Jawa.
“Apakah indikator nasional tersebut menunjukkan masalah persampahan telah mendapatkan solusi yang tepat? Jawabannya “belum" bahkan masih jauh dari yang diharapkan,” kata Sony.
Menurut Sony, data yang ada hanya menggambarkan pencapaian kesuksesan dalam upaya pengurangan timbunan sampah.
Baca juga: Pemprov DKI Sebut Proyek ITF Berpotensi Timbulkan Polusi Udara jika Dilanjutkan
Namun, belum menggambarkan menurunnya masalah persampahan yang terjadi. Misalnya, overloaded di TPA/TPS, pencemaran sampah di laut, peningkatan sampah liar dan sampah rumah tangga yang tak diangkut.
“Timbulan sampah yang belum terkelola termasuk sampah liar, volumenya masih cukup besar antara 30-40 persen, sehingga menimbulkan permasalahan tersendiri dalam pengelolaannya,” tambah Sony.
Melihat kondisi itu, Sony menilai penerapan teknologi pemusnahan sampah melalui proses pembakaran, pemanfaatan sampah sebagai bahan baku pembangkit energi seperti RDF, ITF, dan Gasifikasi harus menjadi prioritas pembangunan dan penerapannya.
Sebelumnya, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan akan menyetop proyek ITF Sunter.
Proyek pengolahan sampah menjadi tenaga listrik itu tidak dilanjutkan karena nilai investasi dan biaya operasionalnya terlalu besar.
"Iya (ITF tidak dilanjutkan). Ya kami kan enggak sanggup ya," ujar Heru di TPST Bantargebang, Selasa (27/6/2023).
Atas dasar itu, Pemprov DKI memutuskan untuk menghentikan proyek ITF dan fokus mengembangkan sistem RDF.
Saat ini, RDF atau bahan bakar alternatif dari hasil pemilahan sampah perkotaan telah berhasil diproduksi di TPST Bantargebang.
Baca juga: Heru Budi Sebut Sudah Lapor ke Pemerintah Pusat Usai Setop Proyek ITF Sunter
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.