MENGEJUTKAN sekaligus mencengangkan, berita yang menyebutkan bahwa tahun 2024, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) PAM Jaya membidik 77.000 sambungan pipa baru di seluruh Kota Jakarta (Kompas, 6/5/2024).
Saat ini baru 69 persen warga Jakarta yang dapat menikmati layanan air bersih perpipaan dari PAM Jaya per April 2024.
Menurut Dirut PAM Jaya, Arief Nasrudin, layanan PAM Jaya saat ini sudah mencapai 9.000 sambungan menuju 13.000 sambungan baru.
Persoalan air bersih paling banyak terjadi di utara Jakarta. Beberapa wilayah Jakarta yang mempunyai persoalan air bersih antara lain adalah Kalideres, Penjaringan, Pluit, Pejagalan, Kapuk, Rawa Buaya, Pegadungan, Kapuk Muara, Cengkareng Barat, Cengkareng Timur, Tegal Alur, dan Duri Kosambi.
Berbagai upaya pemerintah DKI (sekarang DKJ/Daerah Khusus Jakarta) untuk meningkatan pasokan dan pemerataan air bersih di samping membidik 77.000 sambungan pipa baru.
Pemerintah Provinsi Jakarta tengah meningkatkan pasokan air bersih melalui pengolahan air (IPA) permanen atau stasioner dan pembangunan waduik serta embung.
PAM Jaya juga telah menuntaskan pembangunan empat reservoir komunal atau tempat penampungan air bersih skala besar untuk memenuhi kebutuhan pasokan air di beberapa wilayah di Jakarta.
Keberadaan reservoir komunal ini akan dirasakan oleh 42.000 warga dari 7.560 sambungan.
Perbaikan dan peningkatan infrastruktur air bersih memang dibutuhkan untuk kota sebesar Jakarta. Namun yang juga penting adalah besaran/volume pasokan air sebagai bahan baku sumber air bersih juga perlu dihitung pasokan debitnya dengan kebutuhan minimal air bersih dari jumlah penduduk Jakarta.
Menjadi sia-sia infrastruktur baru dibangun seperti waduk/embung baru maupun peningkatan jumlah sambungan baru apabila ketersediaan debit air dari sumber air yang ada kurang memadai khususnya pada saat musim kemarau.
Sebagai pengamat lingkungan, saya mencoba menghitung dan menguraikan kecukupan air bersih secara minimal untuk penduduk Jakarta dengan ketersedian sumber air yang ada untuk Jakarta sehingga secara kuantitatif dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerataan air bersih di Jakarta dimungkinkan atau tidak dengan dibangunnya 77.000 sambungan baru di Jakarta.
Dalam Buku Statistik Air Bersih DKI Jakarta 2018-2020 disebutkan bahwa sebagian besar sumber air yang dibutuhkan Jakarta berasal dari luar Jakarta, yaitu dari Waduk Jatiluhur sebesar 82 persen dan Tangerang sebesar 12 persen. Sumber air dari internal Jakarta hanya sebesar 6 persen saja.
Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, hanya Kali Krukut dan Sungai Cengkareng Drain yang airnya layak dijadikan air baku. Dua sumber air inipun diindikasikan semakin menurun kualitas airnya.
Sejalan dengan produksi potensial, kapasitas produksi efektif air bersih DKI Jakarta tahun 2020 juga mengalami peningkatan sangat signifikan sebesar 20,2 persen jika dibandingkan tahun 2019 yang hanya mencapai 17.470 liter per detik.
Volume produksi air bersih tahun 2020 mencapai 634.519 m3 atau naik signifikan sebesar 14,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.