JAKARTA, KOMPAS.com - Amsori (69), sopir angkot di Jakarta Utara mengaku selalu menombok uang setoran sewa angkot akibat sepinya penumpang.
Penumpang lebih memilih naik Jaklingko yang gratis.
"Kalau enggak dapat,ya, nombok lah buat setorannya. Kalau enggak nombok pakai mobil, ya enggak dikasih lagi, karena bosnya enggak mau tahu," kata Amsori saat diwawancarai Kompas.com di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (20/5/2024).
Baca juga: 5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko
Uang sewa angkot yang harus disetorkan Amsori kepada pemilik kendaraan adalah Rp 170.000 per hari.
Sebelumnya, uang sewa yang harus disetorkan Amsori hanya sebesar Rp 120.000 per hari.
Namun, karena angkot yang dikendarainya sudah diremajakan, maka uang sewanya pun juga bertambah.
Tadinya, angkot itu diremajakan oleh bos Amsori untuk bergabung dengan Jaklingko.
Karena sampai saat ini Dinas Perhubungan (Dishub) belum mengintegrasikan angkot reguler ke Jaklingko, mau tidak mau para pemilik angkot tetap mengoperasikan kendaraan yang sudah diremajakan dengan harga sewa yang lebih tinggi.
"Bensin Rp 200.000 sehari, ama setoran Rp 170.000 berarti kan hampir Rp 400.000? Lah, kalau kita enggak dapat sampai Rp 500.000 ya enggak dapat uang," kata Amsori.
Baca juga: 5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko
Bagi Amsori, mendapatkan uang sebesar Rp 500.000 dari menarik angkot saat ini sangat sulit.
Rata-rata pendapatannya hanya sekitar Rp 300.000 hingga Rp 400.000 per hari. Uang itu hanya cukup untuk membeli bensin dan membayar uang setoran.
Namun, karena Amsori membutuhkan biaya untuk makan, maka uang itu seringkali digunakan untuk membeli bensin dan makan terlebih dahulu sehingga membuatnya menunggak uang setoran.
"Ini sudah empat hari enggak setor-setor," kata dia.
Amsori berniat menyetor uang sewa jika uangnya sudah terkumpul semua. Pasalnya, menurut dia pemilik angkot seringkali tak mau mengerti jika uang setorannya kurang sedikit.
"Bos tuh enggak mau tahu, kurang Rp 10.000 aja enggak mau padahal setoran kurang karena ya emang enggak dapat penumpang," imbuh dia.
Baca juga: Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba