Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Tahun Tragedi Trisakti

Kompas.com - 12/05/2009, 09:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap tanggal 12 Mei, seluruh Civitas Akademika Universitas Trisakti melakukan upacara untuk memperingati tragedi yang menewaskan 4 mahasiswa Trisakti.

Pagi ini (12/5), untuk ke-11 kalinya, ratusan civitas akademika Trisakti yang terdiri dari para dosen, mahasiswa, dan petugas keamanan melakukan upacara peringatan tragedi 12 Mei di depan Monumen Reformasi di Gedung Syarif Tayib, kampus A Universitas Trisakti, Jakarta.

Dalam upacara tersebut dikibarkan bendera setengah tiang. Para dosen menggunakan baju hitam putih, dan mahasiswa menggunakan jaket almamater kebesaran mereka. Upacara peringatan tersebut dipimpin Ahmed Kipli dan Prof DR Thoby Mutis, Rektor Universitas Trisakti, selaku pembina upacara.

Dalam sambutannya, Thoby mengatakan, peristiwa 12 Mei 1998 adalah hal yang perlu direnungkan. "Perjuangan para pejuang reformasi tidak sia-sia. Peristiwa tersebut juga menumbuhkan semangat tali persaudaraan dan menggiatkan upayan yang berkaitan dengan kebangkitan demokrasi dan HAM," ujar Thoby.

Ia juga menerangkan setelah tragedi tersebut, Trisakti mengadakan mata kuliah Kebangkitan, Demokrasi, dan HAM yang wajib diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa Trisakti. Thoby berharap akan segera dibentuk peradilan yang benar-benar adil untuk kasus-kasus HAM.

Pada sambutan terakhir Thoby kembali mengajak seluruh peserta upacara untuk memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan reformasi. "Mari kita renungkan, kegiatan HAM apa yang bisa dilakukan dengan baik, demi kesatuan dan keutuhan bangsa," ujarnya.

Upacara ditutup dengan doa dan dilanjutkan dengan napak tilas dan tabur bunga di tempat-tempat para pahlawan reformasi gugur dan berakhir dengan tabur bunga di Monumen Reformasi. Saat napak tilas suasana menjadi haru karena sebagian besar keluarga korban menangis, selain itu alunan musik dari marching band yang memainkan lagu lagu Gugur Bunga semakin menambah keharuan napak tilas.

Pada 12 Mei 1998, 4 mahasiswa Trisakti, yakni  Elang Mulia Lemana (jurusan Arsitektur angkatan 1996), Hafidin Royan (jurusan Teknik Sipil angkatan 1996), Hendriawan (jurusan Manajemen angkatan 1996), dan Heri Hartanto (jurusan Teknik Mesin angkatan 1996) gugur dalam rangka menegakkan reformasi di Indonesia.

Dan baru pada zaman pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, keempatnya mendapatkan gelar sebagai pahlawan Reformasi. Sampai saat ini belum terungkap siapa pelaku penembakan para pahlawan reformasi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com