Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang KA Bertaruh Nyawa

Kompas.com - 14/08/2009, 06:24 WIB
 
 

KOMPAS.com - Penumpang kereta api, khususnya KRL Jabodetabek kelas ekonomi, hingga kini masih berperilaku seenaknya dan membahayakan jiwa. Hampir seluruh bagian kereta dipenuhi penumpang. Kejahatan dan terganggunya kenyamanan penumpang sudah menjadi hal biasa. Ini harus segera ditertibkan.

Cuiiihh!” Ludah kental mendarat tepat di samping sepatu seorang perempuan, Kamis (13/8) pagi, di atas KRL Ekonomi Bogor-Jakarta. Perempuan yang naik dari Stasiun Depok itu mendelik kesal. Namun, ia hanya dapat menggeser sedikit kakinya di tengah penuh sesak penumpang lain.

”Sudah sering kali seperti ini. Tidak tahu kok bisa-bisanya mereka meludah, padahal orang penuh sesak. Sering tidak tahan bau keringat penumpang lain dan udara sesak, saya pilih berdiri di sambungan gerbong di pinggir pintu,” kata Rahmi (21).

Rahmi yang bekerja sebagai staf cleaning service di sebuah apartemen di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, sudah tiga tahun terakhir menjadi pelanggan KRL.

Menghabiskan waktu sekitar 30 menit di bibir pintu yang tak lagi bisa menutup sudah biasa dilakukannya. Ia harus mencengkeram erat besi pembatas tempat duduk dekat pintu. Kalau beruntung, ia bisa duduk di tangga pintu sambil tetap berpegangan pada besi itu.

”Bahaya memang bahaya, Mbak, tetapi kalau pagi tidak bakalan dapat KRL yang sepi. Harus rela duduk atau berdiri di mana saja. Yang penting sampai ke tempat kerja,” kata Wiwik, teman kerja Rahmi.

Mereka berdua sama-sama berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Keduanya memilih bertahan sewa kamar indekos di Depok bersama beberapa kawan lain dari Cirebon demi menekan biaya.

”Pernah dulu, kami berdua berdiri di pintu KA bersama beberapa orang lain, tiba-tiba ada penumpang di dalam yang jatuh ke arah kami. Ada ibu-ibu yang hampir terlempar keluar kalau tidak dipegangi dan ditarik ramai-ramai oleh penumpang lain,” tutur Wiwik.

Beragam penumpang

Berbincang bersama beberapa penumpang KRL lainnya, mereka memang rata-rata pekerja di Jakarta, tetapi bertempat tinggal di kawasan pinggiran. Tidak semuanya berasal dari golongan ekonomi lemah. Sebut saja Sofie (32), pegawai perusahaan tempat hiburan ternama di Jakarta itu, yang terpaksa menjadi pelanggan KRL Ekonomi karena pelayanan KRL AC terbatas.

”Kalau di KRL AC, meskipun penuh sesak, tetapi gerbongnya relatif nyaman. Pintu-pintu dan jendela lengkap kacanya. Orang-orang yang naik lebih sopan. Kalau di sini, harus waspada. Awal-awal dulu, pernah ada cowok yang pegang-pegang. Itu membuat saya hati-hati banget sekarang. Pokoknya berusaha ngumpul dengan penumpang cewek,” kata Sofie.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com